Pulau Burung, Riau, (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan Biopeat adalah solusi pemanfaatan lahan gambut menjadi lahan perkebunan tanpa proses pembakaran.

"Ini telah diuji coba selama 8 tahun, ini solusi kalau mau menanam enggak usah dibakar tapi dengan menaburkan Biopeat," kata Kepala BPPT, Unggul Priyanto saat peluncuran Biopeat di Pulau Burung Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Rabu.

Ia mengatakan Biopeat akan membakar keasaman tanah gambut sehingga bisa digunakan untuk menanam berbagai jenis tumbuhan. Selain itu, Biopeat juga mengandung unsur pupuk yang dapat membuat buah yang dihasilkan lebih manis dibanding tidak menggunakan Biopeat.

"Masalah kebakaran lahan gambut, dengan adanya diseminasi ini, bisa jadi satu solusi. Masyarakat butuh untuk kehidupan ekonomi lebih baik," kata dia.

Dia optimistis inovasi itu bisa diterapkan di daerah lainnya, termasuk Kalimantan yang memiliki banyak lahan gambut yang belum dapat dimanfaatkan.

Priyanto mengatakan Biopeat siap dikomersilkan, dan BPPT sedang mengurus sertifikasi penggunaannya agar sesuai dengan standar tersendiri.

Kepala BPPT itu mengatakan, harga jual Biopeat relatif terjangkau karena diolah dari limbah.

Sementara itu, Kepala Riset PT RSUP yang bekerja sama dengan BPPT, Lilik Qusairi mengatakan Biopeat bukan sekedar pupuk, melain layaknya obat untuk membenahi masalah gambut. Biopeat mampu meningkatkan kadar pH tanah dari rata-rata 3 hingga 4 menjadi 5.

Ia mengatakan waktu mengolah lahan gambut menjadi lahan siap pakai menggunakan Biopeat juga relatif singkat.

"Hanya dalam 2 minggu, tanaman siap ditanam," kata dia.

Direktur PT RSUP, Tay Ciatung mengatakan pihaknya terus melakukan inovasi-inovasi baru, agar industrinya bisa bertahan. Inovasi Biopeat digunakan untuk memberdayakan masyarakat dalam memanfaatkan lahan gambut.

Meski dianggap berhasil, namun Ciatung mengatakan masih mempertimbangkan untuk mengkomersilkan Biopeat.

"Ini kontribusi kami untuk masyarakat, bentuk sosial kami," kata dia.

Baca juga: BPPT rampungkan pabrik "biopeat" di Pulau Sambu

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018