Dari lima industri prioritas pemerintah hanya industri tekstil dan pakaian jadi yang mengalami tren kenaikan, sisanya cenderung stagnan, tumbuh melambat, dan menurun.Jakarta (ANTARA News) - Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menyoroti lima industri prioritas yang tumbuh terbatas pada triwulan II-2018.
Dalam konferensi pers di kantor Indef, Jakarta, Rabu, Andry menjelaskan dari lima industri prioritas pemerintah hanya industri tekstil dan pakaian jadi yang mengalami tren kenaikan, sisanya cenderung stagnan, tumbuh melambat, dan menurun.
Lima industri prioritas pemerintah yaitu makanan dan minuman, tekstil, farmasi, elektronik, dan otomotif. Kelima sektor tersebut memiliki kontribusi besar bagi sektor industri secara keseluruhan.
Andry mengatakan industri farmasi dan elektronik mengalami penurunan yang dalam. Ketergantungan dua industri ini terhadap impor masih tinggi sehingga depresiasi rupiah menyebabkan barang baku impor semakin mahal.
Ia mengatakan industri farmasi bergantung 90 persen terhadap bahan baku impor dari China dan India.
"Ketika input dari produksinya semakin mahal, maka dia semakin mahal juga produk akhirnya. Tetapi pemikiran dari pengusaha adalah mereka tidak mau tidak ada marjin dari keuntungan, maka solusinya adalah `hold` produksi dan menjual secara terbatas," kata Andry.
Menaikkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di industri farmasi di tengah depresiasi rupiah yang sedang terjadi juga dinilai hanya akan memperlambat kinerja industri dan menghambat untuk ekspansi.
Andry menjelaskan bahwa laju pertumbuhan industri non-migas juga menunjukkan tren perlambatan. Selama tiga tahun terakhir, hanya pada triwulan III-2017 sektor tersebut tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi pada triwulan II-2018 tercatat 5,87 persen (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan I-2018 yang sebesar 7,95 persen (yoy).
Menurut Andry, penurunan investasi tersebut menjadi indikator bahwa pelaku usaha tidak melakukan ekspansi bisnis dan cenderung menahan (hold) pada tahun ini.
Baca juga: Indef sarankan pemerintah serius tingkatkan ekspor
Baca juga: Indef nilai pertumbuhan ekonomi triwulan II 2018 hanya temporer
Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2018