Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa sentimen terhadap ekonomi Indonesia membaik karena laporan pertumbuhan ekonomi tumbuh dengan laju tercepat sejak 2013.
"Pertumbuhan itu dapat meningkatkan optimisme mengenai prospek pertumbuhan Indonesia," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, berbagai risiko eksternal berupa ketegangan dagang global dan ekspektasi suku bunga AS (Fed Fund rate) dapat memengaruhi momentum apresiasi rupiah.
"Perlu diingat bahwa ketegangan politik yang semakin menjadi antara Tiongkok dan Amerika Serikat dapat memengaruhi permintaan eksternal secara negatif, sedangkan kenaikan suku bunga AS dapat mempercepat arus keluar modal," paparnya.
Ia mengatakan, perhatian selanjutnya akan tertuju pada data penjualan ritel Indonesia yang dapat memberi gambaran mengenai keadaan ekonomi Indonesia.
"Data penjualan ritel yang positif dapat semakin memperkuat rupiah terhadap dolar," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Selasa ini (7/8), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.485 dibanding sebelumnya (6/8) di posisi Rp14.481 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018