Oleh Bob Widyahartono MA *)Jakarta (ANTARA News) - Kini makin perlu pelaku birokrasi Pemerintahan di pusat sampai di daerah mereformasi sikap pandang mengenai Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Padahal, UKM kalau di banyak negara tetangga negeri ini diapresiasi secara wajar. Sebut saja di Jepang, Korea Selatan, China, dan bahkan di negara tetangga dekat layaknya Thailand, Malaysia, Vietnam dan Singapura. UKM di negeri ini hendaknya oleh bank, terutama di daerah/desa, tidak dipandang "sebelah mata, dinilai merepotkan dan kalau mau utang tidak bisa membawa dokumen jaminan dan sebagainya". Apa tidak ada pendekatan yang berbeda dengan segala formalitas, meskipun akhirnya ada sedikit formalitas dari kalangan birokrasi dan perbankan terhadap kebanyakan UKM? Secara konseptual, kewirausahaan meliputi kegiatan secara terarah atau urutan keputusan yang dilakukan oleh orang perorangan atau suatu kelompok individu, untuk memprakarsai, mengorganisasi atau meluaskan unit bisnisnya untuk berproduksi, atau distribusi barang atau jasa yang dikategorikan ekonomis. Jiwa kewirausahaan itu merupakan suatu aspirasi terhormat (noble aspiration) dan lazimnya dimulai dari tekad, imajinasi dan informasi para pengambil prakarsan. Dalam kenyataan terdapat suatu konsensus umum tentang proses kewirausahaan, yakni: 1. persepsi peluang-peluang baru demi pencapaian laba, 2. memberdayakan sumber daya bisnis dan penciptaan organisasi yang tepat guna (viable) untuk secara kompeten dan kredibel menggarap peluang peluang itu, dan 3. tanggap terhadap perubahan-perubahan dalam peluang-peluang tersebut. Dalam setiap tahap tersebut, bagi kewirausahaan terbuka kemungkinan untuk inovasi. Tentunya, harus senantiasa tanggap atas adanya peluang untuk inisiatif berinovasi. Dalam motivasi yang dikenal sebagai motivasi berkarya dan berprestasi, keberanian berisiko dengan menginvestasi yang memang ada dalam sifat dan sikap pandang pelaku ekonomi UKM. Taruhan mereka adalah merugi atau mengkaji ulang peluang baru secara sederhana dalam kondisi perubahan yang tidak menentu. Motivasi berprestasi ini tidaklah merupakan bakat sejak lahir. Banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai sosio-kultural, kondisi lingkungan politis, geografis, infrastruktur, serta ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menghadirkan sejumlah hal baru dilandasi pendidikan formal dan "co-curriculum" yang membuka daya pikir di luar format menghafal dan "multiple choice" (pilihan berganda). Berani berpikir lebih dari yang standar alias "thinking outside the box". Setiap pelaku UKM walaupun tidak secara eksplisit dinyatakan "apa lagi yang menjadi visi ke masa depan sambil memperbaiki mutu kerja dalam operasi yang ada?" Dalam benak pelaku UKM sebagai wirausahawan masa depan, apa pun motivasinya yang berkesinambungan dengan mengindahkan nilai nilai sosial, menghasilkan uang atau profit yang beretika. Kehormatan termasuk pengakuan lingkungan yang terhitung "stakeholders" karena kerja keras dan cerdas, keingintahuan (curiosity) dan tanggungjawab sosial (social responsibility). Mereka terhitung yang memiliki cita cita atau hasrat mencapai yang lebih bermutu (they aim high and of values). Secara lebih spesifik sekalipun tidak secara eksplisit terungkap, motivasi berprestasi berarti membangun kepribadian berbisnis dengan tetap mematuhi aturan (rule of law dan bukan law of the ruler) tanpa sejumlah hambatan buatan oknum yang tidak bermoral. Dalam masyarakat kita, pelaku UKM banyak yang masih milik tunggal (single ownership). Bentuk formal, seperti PT (Perseroan Terbatas), CV (Commanditaire Vennotschap) mereka terapkan sesuai dengan skala operasi dan tumbuhnya bisnis. Kepemilikan tunggal tidak terlalu memperhatikan perlunya manajemen dan keputusan baik prinsipiil termasuk administrasi berada di tangan pemilik. Bentuk formal koperasi sesuai Undang Undang (UU) Koperasi perlu diketahui dan dalam perkembangan operasi unit koperasi dipahami gerak langkahnya demi anggotanya. Apa yang dikenal sebagai "owner cum manager" dalam UKM swasta masih eksis dalam masyarakat di negeri ini secara umumnya. Artinya, fungsi bisnis yang terkait, seperti produksi, marketing, administrasi (belum dipakainya sistem akuntansi), pembelanjaan (financing) dan kepegawaian (belum dipakainya istilah sumber daya manusia). Sekalipun demikian, mayoritas UKM itu harus diperlakukan secara terhormat sebagai agen pembangunan. Apa ada yang gagal atau mengecil atau alih usaha? Tentu ada dan serangkaian sebab kegagalan itu bersumber pada kekakuan berpikir dalam arti ketidakterbukaan untuk hal hal baru sementara pesaing melaju dengan menggergoti pangsa pasar (market sgment). Tujuan pisau analisis semacam ini adalah untuk menguraikan dan membuka persepsi/sikap pandang dengan memahami fenomena fenomena yang eksis atau yang akan berkembang. Suatu pemahaman bervariasi dalam pengalaman masa lalu, kini dan ke masa depan tidak hanya di perkotaan tapi di pedesaan termasuk mutu sumber daya bisnis: manusia, keuangan, pemasaran dan proses produksi langsdung di palangan akan memberi visi (insght) karena heteroginitas masyarakat pelaku ekonomi dalam masing-masing lingkungan, sekali pun dengan landasan berbangsa dan bernegara Indonesia.Kenyataan bahwa UKM, khususnya yang kecil itu dipersepsikan oleh banyak ekonom kita sebagai "sederhana", tidak berarti bahwa mereka menolak kemajuan berpikir dan boleh kurang mau maju. Modernisasi operasi yang bukan westernisasi operasi dengan peningkatan mutu pengetahuan dan ketrampilan untuk menggapai peluang baru bukan kemustahilan. Oleh karena itu, fungsi birokrasi pemerintahan setempat yang terjun kelapangan hendaknya tidak mencurigai dan mempersulit dan menghambat dengan segala macam aturan. Tapi, justru tanpa menghambat, memotivasi untuk berprestasi secara lebih baik dengan tanpa kenal lelah. Sebelum mencuatkan konsep-konsep baru yang hanya birokrasi setempat memahami seadanya (superficial knowledge and skill), hendaknya membenahi diri dengan mendidik diri sesuai kebutuhan pelayanan pada masyarakat di lingkungan kerjanya. Mutu infrasuktur di lingkungan kerja harus dipelihara secara konsisten sesuai misi pelayanan yang sudah dianggarkan. Inilah pemahaman yang perlu kita sadari semuanya, agar tidak terjebak dalam sikap pandang yang terlalu sempit.*)Bob Widyahartono MA (bobwidya@cbn.net.id) adalah pengamat studi ekonomi/bisnis pembangunan; Lektor Kepala Fakultas Ekonomu Universitas Tarumanagara (FE Untar) Jakarta.
Oleh
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007