Yogyakarta (ANTARA News) - Peraturan Presiden (Perpres) No 77 Tahun 2007 membuka peluang terjadinya liberalisasi pendidikan, karena pemodal asing bebas bermain di sektor pendidikan, kata Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Prof Dr Edy Suandi Hamid MEC. "Perpres tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal itu secara tegas memasukkan pendidikan sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan secara bebas dalam pasar internasional," katanya di Yogyakarta, Jumat malam. Dalam Perpres itu, menurut dia, disebutkan bahwa sektor pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, tinggi maupun nonformal dapat dimasuki investor asing dengan penyertaan modal maksimum 49 persen. "Hal itu berarti sektor pendidikan sudah menjadi suatu bidang usaha atau perdagangan jasa yang tidak berbeda dengan bidang lainnya," kata Edy yang juga Ketua Forum Rektor Indonesia. Dengan demikian, wajar jika muncul kekhawatiran bahwa melalui pendidikan pemodal asing dapat "menjual" ideologi, nilai yang dianut, dan memasarkan standar moralnya melalui pengajaran, yang semua itu bisa jadi tidak sejalan dengan karakter dan nilai yang dianut bangsa ini. "`Transfer of values` itu dapat dilakukan secara langsung atau samar-samar melalui lembaga pendidikan," katanya. Ia mengatakan, untuk lembaga pendidikan tinggi, meskipun peserta didik yang diajar relatif mapan secara akademik, tetap harus berhati-hati untuk membuka diri terhadap modal asing dan menjadikannya sebagai komoditas. "Terlebih lagi bagi anak-anak yang masih berusia di bawah 10 tahun dan belasan tahun sangat mudah mendapat pengaruh dari pihak luar, apalagi melalui pendidikan formal," katanya. Menurut dia, persoalan mendasar yang muncul bukan sekedar mampu bertahan atau tidaknya lembaga pendidikan lokal, tetapi jauh lebih luas yakni ancaman terhadap norma, ideologi, dan nilai yang hidup dalam masyarakat yang selama ini selalu dijaga dan dikembangkan. "Oleh karena itu, kondisi tersebut perlu mendapat perhatian dari segenap elemen bangsa, terlebih dari mereka yang masih memiliki komitmen pada pendidikan dan moral bangsa," kata Edy Suandi Hamid.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007