Jika Indonesia meningkatkan upaya dalam meraih paritas gender, dampak ekonomi yang signifikan dapat kita raih
Jakarta (ANTARA News) - Prasangka bahwa perempuan tidak memiliki kemampuan dalam pendidikan, sosial maupun politik tidak pernah surut dan tetap mengemuka dalam era pembangunan berbasis digital ekonomi.
Padahal isu kesetaraan gender sangat penting, karena saat ini banyak perempuan yang bisa melaksanakan tugas dan pekerjaan formal seperti laki-laki.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan keberpihakan kepada perempuan bisa meningkatkan nilai tambah terhadap kinerja perekonomian.
Namun, mengutip laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada 2017, pemenuhan agenda persamaan gender ini membutuhkan pembenahan selama 200 tahun.
"Ini artinya perjalanannya masih sangat lama dan ada kemajuan lambat yang bisa menyebabkan hilangnya nilai ekonomi karena persoalan kesetaraan," ujar Sri Mulyani dalam seminar bertemakan "Women's Participation for Economic Inclusiveness".
Untuk itu, langkah pembenahan awal yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan gender ini adalah menghilangkan persepsi bias di kalangan masyarakat.
Persepsi bias telah menyebabkan karir perempuan di berbagai bidang tidak setinggi rekan laki-laki, meski memiliki kemampuan intelektual yang baik.
Dari sisi kebijakan fiskal, kata Sri Mulyani, pemerintah juga telah berupaya untuk mendorong tingkat kesetaraan melalui pemberian bantuan sosial bagi keluarga miskin.
Bantuan sosial itu di antaranya Program Keluarga Harapan yang bisa menjamin anak-anak perempuan dari keluarga kurang mampu tetap bisa memperoleh pendidikan yang layak.
Selama ini, kemiskinan menjadi alasan bagi perempuan dari keluarga kurang mampu untuk tidak bersekolah, apalagi laki-laki lebih mendapatkan keutamaan.
Pendidikan
Dalam kesempatan itu, Staf Ahli Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan pendidikan mempunyai peranan penting untuk mendorong penguatan peran perempuan dalam era ekonomi digital.
Pendidikan yang baik bisa meningkatkan kesetaraan perempuan dalam angkatan kerja dan memperkuat daya saing dalam menghadapi kecanggihan media berbasis teknologi informasi.
Untuk itu, ia mengusulkan adanya inisiasi sekolah perempuan di daerah pedesaan untuk mempermudah akses terhadap kegiatan ekonomi serta pelatihan ekonomi kreatif yang disertai pengenalan terhadap alat komunikasi terkini kepada para ibu rumah tangga.
Amalia juga mengharapkan adanya peningkatan partisipasi perempuan dalam bidang yang sebelumnya dikuasai oleh laki-laki dan terkait digitalisasi ekonomi di masa mendatang seperti sains, teknologi, teknik maupun matematika.
Deputy Director General of ADB Southeast Asia Department Cleo Kawawaki mengatakan pendidikan maupun pengembangan kewirausahaan merupakan pilar penting untuk mewujudkan kesetaraan.
Untuk itu, ujar dia, masyarakat berpenghasilan rendah membutuhkan dukungan dalam pelatihan agar mampu mendapatkan pekerjaan dalam bidang teknis dan berpenghasilan yang layak.
Selain itu, lanjutnya, teknologi mempunyai peranan penting untuk mengembangkan kualitas daya saing perempuan, agar dapat bernilai tambah kepada perekonomian, meski terdapat hambatan biaya maupun akses.
Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Erwin Haryono juga menilai teknologi digital bisa membantu peningkatan partisipasi perempuan kepada dunia ekonomi.
Erwin mengakui posisi perempuan di pekerjaan maupun literasi terhadap teknologi digital masih belum memadai dengan inklusi keuangan yang rendah.
Namun, revolusi digital yang sedang melanda saat ini tidak terhindarkan dan merupakan masa depan yang harus dihadapi oleh perempuan.
Era perdagangan elektronik (e-commerce) bisa menjadi awal untuk memperkenalkan manfaat inklusi keuangan serta penggunaan media sosial kepada ibu rumah tangga.
"Ini tantangannya, tapi pilihannya bukan menghindar dan ini harus dihadapi," katanya.
Dampak Positif
Pentingnya meningkatkan kesetaraan perempuan dengan laki-laki yang berdampak positif terhadap kinerja perekonomian bukan sekedar isapan jempol belaka.
Bank Dunia memproyeksikan kesenjangan perempuan dengan laki-laki bisa menyebabkan hilangnya pendapatan rata-rata sebesar 15 persen di berbagai negara anggota OECD.
Lembaga riset McKinsey Global Institute menyatakan percepatan kesetaraan perempuan dengan laki-laki di Indonesia dapat meningkatkan PDB tahunan sebesar 135 miliar dolar AS pada 2025.
"Proyeksi ini sekitar sembilan persen di atas kondisi normal," kata Presiden Direktur PT McKinsey Indonesia Philia Wibowo.
Proyeksi optimistis ini karena Indonesia telah memperlihatkan kinerja yang lebih baik dari rata-rata negara Asia Pasifik lainnya terkait dengan kesetaraan perempuan.
Kemajuan itu antara lain dengan peningkatan pendaftaran siswa perempuan di sekolah menengah hingga dua kali lipat dalam waktu kurang dari satu dekade.
Keberhasilan lainnya adalah penurunan angka kematian ibu melahirkan dan pemenuhan kuota 30 persen bagi kandidat perempuan di pemerintahan.
"Jika Indonesia meningkatkan upaya dalam meraih paritas gender, dampak ekonomi yang signifikan dapat kita raih," ujar Philia.
Untuk meraih peluang PDB tersebut, Philia menyebutkan empat hal utama yang bisa dilakukan pemerintah agar ketidaksetaraan gender makin menurun.
Pertama, melegislasi dan menegaskan perlindungan bagi perempuan yaitu dengan mewajibkan cuti bagi ayah dan mencegah pelecehan seksual.
Kedua, melanjutkan perluasan akses infrastruktur untuk mengurangi pekerjaan rumah tangga. Ketiga, meningkatkan pembelajaran keterampilan digital dan kewirausahaan pada tahun awal sekolah menengah.
Terakhir, berinvestasi pada perubahan sikap mengenai peran perempuan pada ranah kerja dan masyarakat melalui kampanye kesadaran umum.
Riset McKinsey Global Institute ini juga menyatakan penggunaan teknologi digital dapat mendorong peningkatan produktivitas para wirausahawati di Indonesia.
Saat ini UKM yang dimiliki perempuan telah berkontribusi terhadap PDB sebesar 9,1 persen, dengan bisnis perempuan telah menjaring 35 persen pendapatan perdagangan daring.
Meski demikian, masih banyak hal yang harus diupayakan untuk meningkatkan akses perempuan terhadap internet dan mendapatkan manfaat literasi digital.
Menurut CEO Bubu.com Shinta Dhanuwardoyo, para perempuan mempunyai kapasitas untuk terlibat bisnis dengan memanfaatkan era teknologi digital.
Namun, tambah dia, pola pikir maupun kemauan perempuan untuk terlibat secara serius dalam bidang teknologi finansial belum sebesar laki-laki.
"Perempuan bisa mempunyai kapasitas di teknologi digital yang lebih canggih dan membutuhkan ketelitian. Tapi, mereka belum punya interest," ujarnya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2018