Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa epicenter atau pusat gempa berkekuatan 7 Skala Richter yang menimbulkan tsunami di Lombok dan sebagian wilayah Bali, bukan terletak di dasar laut.
Pusat gempa adalah di lereng utara timur laut Gunung Rinjani pada jarak 18 kilometer arah barat laut Lombok Timur pada kedalaman 15 kilometer.
"Biasanya tsunami apabila epicenter di laut, kenyatannya epicenter ini bukan titik tetapi bidang patahan atau zona yang mengalami robekan memanjang hingga masuk di bawah dasar laut sehingga kami tetap perlu memberikan peringatan dini tsunami dengan level paling rendah yaitu waspada," ujar Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu malam.
Dari hasil pengamatan tinggi muka air laut di pantai, tsunami terjadi di empat lokasi yaitu Desa Carik, Lombok Utara dengan ketinggian tsunami 13,5 cm pada pukul 18.48 WIB dan Desa Badas pantai Sumba Utara dengan ketinggian tsunami 10 cm pukul 18.54 WIB.
Baca juga: BMKG: 7 Skala Richter adalah gempa utama
Baca juga: BMKG nyatakan peringatan dini tsunami berakhir
Sepanjutnya Desa Lembar di pantai Lombok Barat Daya dengan ketinggian tsunami 9 cm pukul 19.27 WIB, serta Desa Benoa dengan ketinggian tsunami 2 cm pukul 19.58 WIB.
Ketinggian tsunami diukur dari rata-rata muka air laut, dan diperkirakan hanya akan mencapai tinggi maksimal 50 cm.
"Meskipun kurang dari setengah meter tetap harus diberikan peringatan dini karena dampak tsunami tergantung pada topograsi pantai, amplifikasi bisa saja terjadi," tutur Dwikorita.
Sejak gempa bumi utama terjadi pukul 18.46 WIB, BMKG terus memantau perkembangan dan mencatat pola aktivitas gempa bumi susulan yang semakin melemah hingga pukul 20.20 WIB BMKG secara resmi mengakhiri peringatan dini tsunami.
BMKG mencatat sedikitnya 28 kali gempa telah terjadi dengan intensitas yang semakin berkurang.
Warga yang kondisi rumahnya sama sekali tidak mengalami kerusakan sudah diimbau kembali ke rumah, meskipun harus terus waspada dan tidak terpengaruh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2018