Mataram (ANTARA News) - Ribuan warga Kota Mataram berbondong-bondong mengungsi, meninggalkan kota itu menyusul peringatan tsunami pascagempa 7,0 Skala Richter yang mengguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu malam.

Sejumlah jalan protokol di Kota Mataram dan di pinggiran kota itu dipenuhi sepeda motor maupun mobil yang keluar lalu lalang meninggalkan Ibu Kota Provinsi NTB itu.

Arus lalu lintas di jalan bypass Bandara Internasional Lombok (BIL) padat merayap oleh kendaraan yang keluar dari Mataram.

"Kami keluar mengungsi begitu dapat kabar akan ada tsunami," ujar Muhammad (45), warga Mataram yang mengungsi bersama keluarganya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan peringatan dini tsunami telah diaktivasi menyusul gempa dengan kekuatan 7 SR di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu pukul 18.46 WIB.

Potensi tsunami terjadi di pantai Lombok Barat bagian utara dengan status waspada dan pantai Lombok Timur bagian utara dengan status waspada. Waktu kedatangan tsunami diperkirakan pada pukul 18.48 WIB.

"Status waspada artinya pemda yang berada di status waspada memperhatikan peringatan dini dan segera mengarahkan masyarakat untuk menjauhi pantai dan tepian sungai. Kemungkinan air laut akan naik ke daratan tetapi kedalaman berkisar kurang dari 0,5 meter," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu.

Namun demikian, pada pukul 21.15 WIB, Sutopo menyatakan, peringatan dini tsunami telah berakhir. Tsunami memang terjadi di pantai tetapi kecil, hanya setinggi 9-13 cm. Tsunami tersebut tidak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan.

Baca juga: BMKG nyatakan peringatan dini tsunami berakhir
Baca juga: Listrik di kota Mataram padam pascagempa 7 SR

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018