Dubai (ANTARA News) - Unjuk rasa terjadi di sejumlah kota di Iran sepanjang lima hari terakhir pada Sabtu, menjelang pemberlakukan kembali sanksi ekonomi dari Amerika Serikat, menurut kabar dari kantor berita dan media setempat.
Ratusan orang turun ke jalanan di kota Tehran, Karaj, Shiraj, dan Qom untuk menyuarakan protes terhadap melonjaknya harga-harga yang disebabkan anjloknya nilai mata uang rial akibat kekhawatiran pasar terhadap sanksi dari Washington pada 7 Agustus mendatang. Video-video dari aksi unjuk rasa terhadap tingginya inflasi itu diunggah di media sosial.
Sebelumnya pada Mei lalu, Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian nuklir internasional dengan Tehran yang ditandatangani pada 2015. Dalam kesepakatan itu, sanksi ekonomi untuk Tehran akan dicabut dengan syarat Iran menghentikan program nuklirnya.
Namun Washington kini memutuskan untuk memberlakukan kembali sanksi-sanksi tersebut dan meminta negara lain untuk berhenti mengimpor minyak dari Iran mulai 4 November mendatang jika tidak ingin terkena sanksi keuangan Amerika Serikat.
Unjuk rasa di Iran dimulai dengan slogan-sogan anti kenaikan harga dan anti korupsi. Namun para demonstran kemudian mengembangkan isu menjadi anti pemerintahan, menurut laporan Reuters.
Sejumlah gambar di media sosial menunjukkan puluhan demonstran di pusat Tehran meneriakkan slogan "kematian untuk diktator" -- yang merujuk pemimpin agung Ayatollah Ali Khamenei.
Pada Jumat malam, video memperlihatkan pasukan polisi anti huru-hara membubarkan sekitar 500 orang yang meneriakkan slogan perlawanan terhadap pemerintah di Kota Eshtehard, sekitar 100 km sebelah barat Tehran. Beberapa pengunjuk rasa melempar batu dan merusak sebuah sekolah Syiah, demikian kantor berita Fars melaporkan.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dalam akun Twitter berbahasa Persia-nya menulis, "meski semuanya bergantung pada rakyat Iran untuk menentukan masa depan negaranya, kami Amerika mendukung suara rakyat Iran yang telah diabaikan untuk waktu yang lama."
Baca juga: Iran sebut tawaran perundingan Trump sebagai "penghinaan"
Pada 7 Agustus nanti, Washington akan memberlakukan larangan pembelian dolar oleh Iran, memblokade perdagangan emas dan bahan tambang negara tersebut, serta sejumlah industri terkait lainnya.
Selain itu larangan impor karpet, makanan, dan transaksi finansial dari Iran juga akan diberlakukan kembali Amerika Serikat.
Ekspor minyak Iran diperkirakan akan jatuh sebanyak lebih dari 70 persen pada akhir tahun akibat sanksi Amerika Serikat, sehingga suplai minyak dunia dikhawatirkan akan mengalami kelangkaan.
Baca juga: Minyak naik dipicu kekhawatiran pasokan di Iran, Libya dan Kanada
Penerjemah: GM Nur Lintang Muhammad
Pewarta: antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018