Jakarta (ANTARA News) - Bioteknologi merupakan ilmu dan teknologi baru yang belum banyak dipahami oleh masyarakat ataupun stakeholder di Indonesia secara benar, dan mereeka mengenal bioteknologi identik dengan genetic modified organism (GMO) atau organisme transgenik.

Nama lain GMO di kita adalah produk rekayasa genetik (PRG). Produk GMO atau PRG sampai saat ini masih pro dan kontra penerimaannya. Itu disebabkan pengetahuan dan informasi yang obyektif dan memadai masih terbatas. Karena itulah diperlukan edukasi publik atau sosialisi lebih intensif.

Pengertian sebenarnya bioteknologi sangat luas cakupannya, diantaranya kultur jaringan, seleksi in vitro, seleksi marka, dan juga rekaya genetika. Kondisi yang demikian kurang menguntungkan bagi upaya pemanfaatan bioteknologi bagi pembangunan.

Karena itu, edukasi publik perlu menjadikan perhatian para anggota Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI). Hal itu terungkap pada acara pertemuan pengurus KBI yang berlangsung di Institut Teknologi Indonesia (ITI)- Serpong, Jakarta, Rabu 1 Agustus 2018.

Pada pertemuan tersebut, Ir. Mastur, MSi., PhD (Kepala BB Biogen-Balitbangtan) menyampaikan masukan agar KBI lebih aktif dalam mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat umum tentang bioteknologi melalui media sosial.

Edukasi publik perlu dilakukan pada berbagai lapisan dan kalangan masyarakat. Media sosial, saat ini merupakan salah satu media sosialisasi yang sangat efektif dan powerful. Media ini juga sangat murah dan cepat dibanding media lainnya.

Melalui medsos masyarakat perlu diberi pengetahuan dan informasi bahwa bioteknologi tidak hanya GMO saja. Masih banyak teknik bioteknologi lainnya yang bisa dikenalkan yang sudah dikuasai dan ada contoh hasil/produknya, seperti penyediaan bibit-bibit tanaman melalui kultur jaringan, buah seedless hasil kultur in vitro, varietas-varietas unggul hasil kombinasi mutagenesis/radiasi dan kultur in vitro, hasil seleksi menggunakan penanda molekuler dan persilangan melalui fusi protoplas.

Beberapa contoh produk bioteknologi non GMO tersebut sudah dapat dihasilkan oleh Balitbangtan, seperti benih kultur jaringan anggrek, tebu, varietas unggul padi, kedelai, sorgum, cabai, kit deteksi, dan lain-lain.

Sosialisasi hasil-hasil bioteknologi non GMO melalui koran-koran online diharapkan masyarakat semakin tahu dan paham bahwa bioteknologi sangatlah luas dan bermanfaat.

Pada pertemuan tersebut juga direncanakan akan dilakukan serangkaian pembahasan topic-topik khusus bioteknologi melalui forum Focus Group Discussion (FGD), diantaranya tentang tanggapan Indonesia terhadap teknologi CRISPR dan Genom Editing apakah perlu diperlakukan sama produk rekayasa genetik (PRG) transgenik atau tidak. FGD akan mengundang para narasumber yang kompeten dalam rangka menghasilkan beberapa rekomendasi dan bahkan petisi kepada pemerintah.

Sebagai informasi, bahwa KBI (Konsorsium Bioteknologi Indonesia), yang saat ini dipimpin Siswa Setyahadi, PhD merupakan organisasi profesi non profit yang beranggotakan institusi, perguruan tinggi, lembaga pemerintah ataupun perusahaan swasta di bidang bioteknologi di Indonesia.

Salah satu tujuannya untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat dan stakeholder tentang bioteknologi. Konsorsium ini secara rutin mengadakan pertemuan anggota dan pertemuan ilmiah seperti seminar, simposium dan konferensi baik tingkat nasional ataupun internasional.

(Advertorial)

Pewarta: ANTARA
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018