Jakarta, (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) dan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) akhirnya mencapai kesepakatan besaran kompensasi selisih harga kepada Stasuin Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sebagai realisasi penurunan BBM sebesar Rp160 per liter.
"Sudah mencapai kesepakatan kompensasi dihargai Rp320 per liter untuk setengah atau 50 persen dari setiap volume BBM yang ditebus SPBU," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Ahmad Faisal, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis.
Faisal menjelaskan, untuk merealisasikan pembayaran kompensasi tersebut secara penuh masih harus menunggu surat pemegang saham.
Menurutnya, penetapan kompensasi tersebut diambil dari separoh atau setengah dari sisa pemesanan harian (delivery order/DO) pada hari tertentu.
Jika volume DO suatu SPBU pada hari itu sebesar 50.000 kiloliter maka yang diganti atau dikompensasi adalah setengahnya, seharga Rp160 per liter.
Lebih lanjut diutarakan Faisal, angka kompensasi tersebut telah disepakati dan diterima para pengusaha SPBU.
"Mereka terima (besaran) kompensasi. Tinggal implementasinya saja," kata Faisal.
Pada Senin (15/12) mulai pukul 00.00 WIB pemerintah menurunkan harga bahan bakar jenis premium di SPBU dari Rp5.500 per liter menjadi Rp5.000 per liter, sedangkan solar dari Rp5.500 per liter turun menjadi Rp4.800 per liter.
Sebelumnya, Menneg BUMN Sofyan Djalil menjelaskan, sesuai dengan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani, harga premium akan diturunkan tetapi tetap akan dievaluasi sesuai perkembangan harga minyak dunia.
Sofyan menambahkan, keputusan penetapan formula kompensasi berada di tangan Kementerian BUMN, namun tetap berkoordinasi dengan Pertamina.
Menurut Faisal, terkait perubahan harga BBM ke depan, Pertamina tentu akan kembali membahasnya dengan Hiswana Migas.
Ia menuturkan, sebelumnya dua opsi mekanisme kompensasi selisih harga SPBU jika ada perubahan harga, yaitu penerapan sistem konsinyasi dan memberikan penyesuaian harga lebih awal bagi penebusan BBM dan di SPBU.
Akan tetapi diutarakan Faisal, opsi mana pun yang dipilih seharusnya bisa membuat SPBU tetap menyediakan BBM bagi masyarakat.
"Bagaimana supaya mereka ini (SPBU) bisa menebus terus. Bagaimana mekanismenya agar pemilik SPBU tidak rugi, apakah sistem kredit atau konsinyasi," katanya.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009