Jakarta (ANTARA News) - Kepolisian Indonesia berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) masih mendalami dugaan keterlibatan warga negara Indonesia dalam peristiwa bom mobil berkekuatan besar di Pulau Basilan, Filipina Selatan pada Selasa (31/7).
"Sedang dikoordinasikan BNPT dan otoritas Filipina. Sedang didalami karena di Filipina," tutur Wakil Kepala Kepolisian Indonesia, Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin, di Jakarta, Jumat.
Setelah didalami, dia berjanji akan memaparkan hasilnya kepada publik ke depan.
Namun, ia mengaku memerlukan waktu dalam mendalami hal tersebut karena kondisi geografis Filipina Selatan hutan rimba sehingga susah untuk menembusnya.
"Apalagi Filipina Selatan hutan rimba susah menembusnya, sama seperti mau menembus Suriah sana," ucap dia.
Bom mobil di Pulau Basilan, Filipina Selatan pada pukul 05.50 waktu setempat Selasa (31/7) itu menewaskan enam orang, termasuk seorang tentara dan empat anggota milisi.
Laporan mengenai ledakan itu menyebutkan "satu mobil berwarna putih" meledak di pos pemeriksaan militer di Desa Colonia di Kota Lamitan.
Militer menyatakan gerilyawan Abu Sayyaf diduga berada di belakang serangan itu.
Kelompok Abu Sayyaf adalah kelompok kecil yang melakukan kekerasan yang beroperasi di pinggir barat Pulau Mindanao di Filipina Selatan serta di Kepulauan Sulu -- yang membentang dari Mindanao. Mereka memiliki nama buruk karena melakukan pemboman di Filipina Selatan.
Kelompok itu telah berjanji setia kepada ISIS dan telah melakukan penculikan untuk minta tebusan baik orang Filipina maupun warga negara asing.
Pewarta: Dyah Astuti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018