Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak melemah sebesar 18 poin menjadi Rp14.486 dibanding sebelumnya Rp14.468 per dolar AS.
Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa mata uang pasar negara berkembang cenderung masih mengalami tekanan setelah the Fed menyampaikan penilaian yang optimis mengenai ekonomi Amerika Serikat.
"Komite Fed menyampaikan bahwa aktivitas ekonomi meningkat dengan laju yang pesat, dan belanja rumah tangga serta investasi bisnis pun meningkat," katanya.
Ia menambahkan bahwa pernyataan the Fed itu menyiratkan kenaikan suku bunga pada bulan September dan Desember mendatang pada tahun ini.
"Spekulasi kenaikan suku bunga AS tahun ini menopang dolar AS, sehingga menahan pergerakan mata uang pasar berkembang termasuk rupiah," katanya.
Kepala riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan minat investor terhadap dolar AS karena outlook kenaikan suku bunga the Fed masih kuat.
Ia menambahkan dolar AS yang kembali dalam posisi apresiasi juga seiring dengan penantian investor terhadap data Non-Farm Payroll (NFP) dan tenaga kerja Amerika Serikat.
"Jika data-data tersebut dirilis lebih baik, maka dolar AS berpotensi untuk melanjutkan penguatannya," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini (3/8), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.503 dibanding sebelumnya (2/8) di posisi Rp14.446 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018