Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), KH Ahmad Bagja, mengingatkan, masyarakat untuk melakukan konfirmasi jika menerima informasi hoax yang mungkin menyesatkan dan tidak langsung membuat kesimpulan.
"Perlu dilakukan konfirmasi atas informasi hoax. Jangan mudah percaya dengan ulah orang yang pintar tapi tidak punya hati," kata dia, saat menghadiri kegiatan Majeis Zikir Zulfakar Indnesia di Narogong, Bekasi, seperti dikutip dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurut Bagja, saat ini banyak orang yang pintar tapi sulit mencari orang yang jujur. "Jujur itu bukan soal akal, tapi soal hati, soal nurani. Dan zikir ini adalah untuk membangun hati kita, nurani kita, batin kita, jiwa kita," katanya.
Majelis zikir ini, menurut dia, juga bagian dari bagaimana upaya mencerdaskan bangsa, yakni membangun manusia Indonesia yang cerdas secara aqliah sekaligus cerdas secara batiniah.
"Masyarakat juga harus selalu ingat kepada Allah SWT, serta mensyukuri adanya perbedaan dalam persatuan Indonesia. Indonesia adalah negara besar yang memiliki sekitar 17 ribu pulau, tujuh ratus suku, bahasa yang berbeda-beda, bahkan sesama Islam saja ada berbagai pengelompokan, ada organisasi-organisasi, ada komunitas-komunitas tertentu, dan itu semua harus kita terima dengan rasa syukur," ujarnya.
Ia juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak saling berprasangka buruk, menjauhkan diri dari berparadigma negatif. "Kuatkan ukhuwah kita, terutama ukhuwah wathoniyah (nasionalisme), juga sesama alim ulama kita harus melihat persatuan umat, agar bagaiman Indonesia ke depan menjadi lebih baik," serunya.
Ketua Bidang Generasi Muda Dewan Masjid Indonesia (DMII) ini mengingatkan masyarakat soal pentingnya untuk terus meningkatkan berbagai amaliah dalam keseharian kehidupan manusia. "Kita perlu merenung, apakah yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak beramal saleh atau berbuat maksiat?" katanya.
Menurut dia, bangsa Indonesia harus bersyukur menjadi warga negara Indonesia (WNI), yakni negara yang besar, majemuk, bahkan penduduknya adalah umat Islam terbesar di dunia. "Kita punya tradisi keagamaan, seperti majelis dzikir ini," katanya.
Penasihat Majelis Zikir Zulfaqar Indonesia itu menjelaskan, kegiatan majelis zikir tersebut bukanlah kegiatan instan saat ini tapi sudah berjalan selama bertahun-tahun, sejak dirintis pada tahun 1990-an.
"Majelis zikir ini sekarang sudah menyebar ke beberapa daerah. Tujuannya melatih agar kita tidak hanya pintar secara akal, tapi juga punya hati nurani. Untuk kehidupan yang sempurna sebagai insan kamil, harus ada keseimbangan," katanya.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018