Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Kamis petang turun mendekati level Rp9.300 per dolar AS, setelah sebelumnya menguat tajam akibat berkurangnya kekhawatiran terhadap krisis kredit perumahan AS yang menekan bursa regional dan dunia. Nilai tukar rupiah turun 87 poin menjadi Rp9.297/9.300 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.210/9.255 per dolar AS. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan rupiah kembali terpuruk karena pelaku lokal masih hati-hati untuk membelinya, mereka masih menunggu apakah kekhawatiran atas krisis kredit perumahan AS benar-benar sudah berkurang. Meski Bank sentral AS (The Fed) menyatakan pertumbuhan ekonomi global masih cukup baik, namun pelaku lokal menunggu tindak lanjut dari para investor asing, katanya. Menurut dia, otoritas moneter juga sudah melakukan antisipasi dengan tetap mempertahankan suku bunga acuannya pada 8,25 persen. Bunga acuan itu diperkirakan akan bisa diturunkan pada bulan-bulan berikutnya sehingga target BI terhadap bunga BI Rate bisa berada dibawah level 8 persen akan tercapai, katanya. Rupiah, katanya, masih dilanda sentimen negatif, meski pasar saham regional membaik yang didukung oleh menguat bursa Wall Street, namun rupiah makin tertekan. "Kami memperkirakan rupiah akan kembali tertekan hingga di angka Rp9.300 per dolar AS," katanya. Mengenai yen, menurut dia, sebenarnya stabil terhadap mata uang Asia lainnya kecuali terhadap dolar AS karena pelaku asing membeli dolar AS setelah The Fed menyatakan pertumbuhan ekonomi AS tetap berjalan baik. Dolar AS terhadap yen merosot menjadi 119,37 dari sebelumnya 117,97. Dolar AS mendapat dukungan setelah The Fed mempertahankan tingkat suku bunganya pada 5,25 persen, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007