Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan pemerintah akan melakukan penawaran saham kepada publik (initial public offering/IPO) 16 BUMN pada 2008, sebagai upaya menyehatkan kinerja keuangan perusahaan yang juga bisa menambah pemasukan kepada APBN. "Tahun depan kita usulkan kepada Tim Privatisasi meng-IPO-kan 16 BUMN yang tentunya terlebih dulu minta persetujuan dari DPR," ujar Sofyan, usai melaporkan proses 'Go Public Bank BNI' kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Negara, Jakarta, Kamis. Sofyan Djalil didampingi Dirut BNI, Sigit Pramono, melaporkan kepada Presiden bahwa "go public" tahap kedua Bank BNI akan memberi pemasukan kepada negara sekitar Rp3,9 triliun, dengan harga saham perdana Rp2.050 per lembar. Menurut Sofyan, melalui IPO saham perusahaan BUMN akan mencapai harga maksimal seperti saham-saham BUMN yang telah terlebih dulu dicatatkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). "Seluruh saham BUMN publik harganya luar biasa, bahkan menjadi saham `blue chip` di pasar modal, dengan menguasai sepertiga kapitalisasi pasar," ujar Sofyan. Dijelaskannya pada 2007 pemerintah menargetkan setoran privatisasi ke APBN sebesar Rp4,7 triliun, dan sekitar Rp3,9 triliun hingga Rp4 trilun diperoleh dari IPO BUMN. "Sehingga sisanya sekitar Rp700 miliar, bisa diupayakan diperoleh dari dividen interim BUMN-BUMN," tegas Sofyan. Meski begitu, ia tidak merinci BUMN apa saja yang akan IPO pada 2008. Ia hanya menjelaskan pada tahun 2007, dua perusahaan yang telah mendapat persetujuan dari Tim Privatisasi dan DPR adalah PT Wijaya Karya dan PT Jasa Marga. Kedua perusahaan sektor konstruksi itu, dalam waktu dekat akan melakukan "road show" untuk menjaring peminat.
Copyright © ANTARA 2007