Sidoarjo, 8/8 (ANTARA) - Rembesan luapan lumpur Lapindo yang mengakibatkan kanal titik 25 jebol selebar satu meter dengan kedalaman lima meter, hingga Rabu petang belum teratasi, sehingga mengalir deras ke pond Jatirejo yang berbatasan dengan PT Pasific Prestress Indonesia (PPI), salah satu pabrik yang masih bertahan. Padahal, kondisi pond Jatirejo yang berbatasan dengan pabrik pembuat kontruksi tersebut kini juga menjadi kritis, namun pihak PT PPI ngotot tetap bertahan. Plan Manager PT PPI, Karsono di Porong, Rabu, mengatakan, meski terancam lumpur pabriknya memilih tetap berjalan, karena untuk merelokasi pabrik tidak gampang. "Mencari lahan yang strategis dan mudah dijangkau sekarang ini sangat susah," katanya. Selain itu, lanjut dia, karyawan pabrik tersebut kebanyakan dari Desa Porong, disamping hingga kini belum adanya kejelasan ganti rugi relokasi pabrik. Titik 25 tanggul kanal mengalami kerusakan hingga jebol. Jebolnya tanggul di titik 25 yang masuk wilayah Desa Jatirejo itu diawali adanya rekahan selebar satu cm hingga dua cm, Selasa (7/8) siang. Begitu dideteksi adanya kerawanan akibat rekahan tersebut, Badan Pelaksana Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) langsung melakukan perbaikan tanggul dengan menambahkan dan memadatkan sirtu. Menurut Humas BPLS Achmad Zulkarnain, upaya tersebut gagal dan pada Rabu, tanggul tersebut jebol selebar sekitar satu meter. Lumpur dari pusat semburan yang memang dialirkan ke selatan melewati tanggul kanal itu akhirnya masuk ke pond Jatirejo yang ada di sebelah Barat tanggul kanal. Akibatnya, pond yang paling dekat dengan Jalan Raya Porong itu kini bertambah tinggi permukaan lumpurnya. "Setelah kami ukur ada penambahan tinggi permukaan lumpur 5-10 cm di bagian belakang pabrik beton PPI," katanya. Ia menyatakan, sulitnya upaya perbaikan tanggul di titik 25 tersebut, karena titik tersebut merupakan jalur patahan, dimana tingkat amblesan di titik itu relatif lebih besar. Untuk mengatasi hal ini, BPLS akan mengupayakan pembongkaran titik tanggul yang rusak untuk kemudian diperbaiki. "Kami tidak bisa lakukan metode perbaikan tambal sulam, tetapi harus dibongkar dulu semuanya, kemudian diuruk dan dipadatkan lagi sirtunya," tambahnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007