Arbil (ANTARAA News) - Di Amerika Serikat (AS), kawasan ini disebut "The Other Irak" (Irak yang lain). Tiga provinsi di Irak utara ini seolah-olah merupakan negara bagian yang merdeka sejak 16 tahun lalu, ketika AS mulai memberlakukan larangan terbang untuk mencegah pemusnahan etnik Kurdi oleh rezim Saddam Hussein. Kawasan Kurdi dengan Pemerintah Regional Kurdi (KRG), relatif aman dari kekerasan dibanding daerah lain di Irak sejak invasi AS pada 2003. Menteri pariwisata KRG, Nimrud Youkhana, mengatakan pihaknya ingin menarik wisatawan dari negara-negara Teluk untuk menikmati tempat peristirahatan di pegunungan serta bersantai lengkap dengan minuman alkohol. Mereka juga ingin menjaring wisatawan Eropa yang mencari tempat wisata eksotis serta sisa-sisa situs arkeologi yang berumur ribuan tahun. Kementerian pariwisata juga mempromosikan masa depan Kurdi yang meningkat serta memiliki berbagai proyek bangunan yang sudah pasti serta berskala besar. Proyek itu mulai dari mal dengan enam ribu toko hingga kompleks-kompleks perumahan bergaya AS, lengkap dengan nama seperti "Dream City", "Empire Villas" and "American Village". Di sekitar Bandara bernama "Kota Naz", terdapat kompleks 14 gedung apartemen baru dilengkapi akses internet kecepatan tinggi. Hotel-hotel sedang dalam pembangunan, salah satunya adalah Kempinski, jaringan hotel mewah asal Jerman. Di dekat benteng tua kota Arbil, tepatnya di sekitar lokasi di mana Alexander Agung mengalahkan Raja Darius dari Persia, akan dibangun mal yang dilengkapi tangga berjalan dan merupakan eskalator pertama di Kurdi. Dewan Investasi, badan pemerintah yang dibentuk pada tahun lalu, telah menyetujui proyek-proyek pembangunan senilai lebih dari 3,5 miliar dolar AS. Keamanan menjadi argumen utama Kurdi untuk menarik orang asing datang dan berinvestasi, demikian Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007