Ditemui di lokasi pengungsian Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Selasa, Anton Wahyudi (12) siswa kelas VII di salah satu sekolah swasta MTs Nahdatul Wathan (NW) ini, mengaku ingin secepatnya bisa masuk sekolah.
Pasalnya, selama berada di lokasi pengungsian, pascagempa 6,4 Skala Richter yang melanda wilayah itu pada Minggu (29/7) pagi, dirinya mengaku jenuh, tanpa ada aktivitas belajar. Bahkan, di lokasi tenda pengungsian pun belum ada sekolah darurat seperti di janjikan oleh pemerintah.
"Kalau di sekolah kan kita bisa belajar. Tidak seperti sekarang di posko pengungsian, hanya diam aja," ujarnya.
Diakuinya, sejak gempa bumi terjadi praktis aktivitas sekolah diliburkan. Karena, di sejumlah ruang kelas di MTs NW tempatnya belajar sudah tidak bisa digunakan lagi karena dibeberapa ruangan kelas sudah dalam kondisi rusak akibat guncangan gempa.
"Kondisi sekolah sudah rusak di beberapa ruangan," tuturnya saat menceritakan kondisi sekolah tempatnya menuntut ilmu.
Anton Wahyudi mengatakan, selama tiga hari berada di pengungsian, dirinya dan teman-temannya juga mengaku masih takut kembali ke rumah. Kalaupun ingin kembali ?ke rumah kondisinya pun sudah rusak parah.
Sementara itu, Hafizah siswi kelas 5 di SDN 3 Sajang juga mengaku, kangen ingin kembali belajar dan bermain di sekolah.
"Ya kangen mau sekolah lagi," terangnya.
Walaupun ingin kembali ke sekolah, ia menyatakan masih takut untuk keluar. Karena masih terngiang dengan gempa bumi. Bukan hanya itu, rumah sebagai tempat dirinya berteduh bersama keluarga sudah roboh akibat guncangan gempa.
"Kalau di posko pengungsian kita hanya bermain aja, gak bisa belajar," ucapnya.
Hafizah berharap bisa kembali sekolah, sehingga bisa belajar. Karena di lokasi pengungsian belum ada sekolah darurat," ungkapnya.
Dusun Sajang, Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur menjadi salah satu lokasi terparah gempa bumi 6,4 SR yang menguncang NTB pada Minggu pagi. Akibat gempa tersebut, sejumlah sekolah mengalami rusak berat dan ringan.
Dari data yang diperoleh total 10 sekolah dasar dalam kondisi rusak, 66 ronbel rusak berat, 42 kelas rusak ringan dengan total siswa sebanyak 1.042 orang.
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018