Sri Mulyani di Jakarta, Selasa, mengatakan upaya tersebut antara lain dengan mendorong penggunaan campuran minyak sawit dalam solar sebesar 20 persen (B20).
Penerapan biodiesel, kata dia, bisa menekan impor BBM dan memberikan nilai tambah produk CPO sawit kepada pasar luar negeri.
"Ini segera diterapkan, karena bisa mempengaruhi impor BBM," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Selain itu, ia memastikan, impor barang baku maupun bahan modal untuk proyek infrastruktur tidak mendesak mulai direncanakan untuk dikurangi.
Untuk itu, pemerintah akan berkoordinasi dengan instansi terkait yang selama ini mempunyai konten impor guna menggarap berbagai proyek strategis.
"Kami perketat peraturan untuk menyakinkan proyek tersebut penting dan 'urgent' untuk dilakukan. Kalau tidak bisa, maka bisa ditunda untuk tahun-tahun kedepan," katanya.
Pemerintah juga melakukan upaya lainnya untuk memperkuat cadangan devisa yaitu dengan melakukan evaluasi kebijakan agar para pengusaha tidak lagi menyimpan devisa hasil ekspor di luar negeri.
"'Policy' mana lagi yang bisa ditingkatkan sehingga mereka 'confidence'nya muncul tanpa mereka merasa harus terpaksa atau dipaksa," ujarnya.
Meski demikian, Sri Mulyani belum bisa memastikan adanya kemungkinan pemberian insentif kepada pengusaha yang mau menyimpan devisa hasil ekspor di dalam negeri.
"Sebetulnya bisa kita lihat, kita 'compare' dengan negara-negara lain dan sekitar, yang melakukan kebijakan cukup ketat terhadap devisa hasil ekspor maupun 'capital inflow," ujarnya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018