Mengapa para eksportir tidak mau membawa DHE (devisa hasil ekspor) ke dalam karena ada persoalan ini. Perlu kreativitas bagaimana supaya penerimaan ekspor tidak hanya tergantung dolar AS.

Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh kekeringan likuditas di perekonomian Indonesia.

Dalam seminar "Kajian Tengah Tahun 2018" di Jakarta, Selasa, Enny menjelaskan bahwa aliran valuta asing dari ekspor 95 persen dalam bentuk dolar AS. Dari penerimaan ekspor tersebut, sekitar 90 persen digunakan untuk kepentingan impor.

"Artinya, mengapa para eksportir tidak mau membawa DHE (devisa hasil ekspor) ke dalam karena ada persoalan ini. Perlu kreativitas bagaimana supaya penerimaan ekspor tidak hanya tergantung dolar AS," ujar Enny.

Menurut data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia (BI), aliran dolar AS yang melalui ekspor rata-rata tumbuh minus 5,53 persen, sementara dolar AS untuk impor juga turun rata-rata 2,3 persen selama 2012-2016.

Pada 2017, dolar AS dari ekspor meningkat 17,8 persen, sedangkan dolar AS untuk impor tumbuh lebih rendah sekitar 16,6 persen.

Kemudian, selama Januari hingga Mei 2018 suplus aliran modal yang masuk dalam bentuk dolar AS turun sekitar 54 persen dibanding Januari hingga Mei 2017.

"Memang terjadi kekeringan likuditas dalam perekonomian kita dan itu yang menjadi penyebab depresiasi nilai tukar," kata Enny.

Baca juga: Presiden minta jajarannya serius hadapi pelemahan rupiah

Baca juga: Bappenas nilai Asian Games bantu penguatan rupiah

Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2018