Magelang (ANTARA News) - Masyarakat Wonolelo, Desa Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bergotong royong menyiapkan panggung dan arena di dusunnya sebagai tuan rumah kegiatan seni budaya Festival Lima Gunung XVII, yang rencananya pada 10-12 Agustus 2018.

Koordinator Instalasi Seni dan Panggung Festival Lima Gunung XVII/2018 Khoirul Mutaqin di Magelang, Minggu (29/7), mengatakan warga setempat dibantu seniman petani dari sejumlah kelompok yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung sebagai pemrakarsa festival tahunan itu, menyiapkan dua panggung pertunjukan, masing-masing di tengah permukiman warga dusun setempat dan persawahan tepi dusun tersebut.

"Terus kita lakukan gotong royong untuk menyiapkan panggung, membuat dan memasang berbagai instalasi seni dari bahan alam," kata dia.

Dusun Wonolelo dengan komunitasnya, Sanggar Wonoseni Bandongan, pimpinan Kepala Dusun Wonolelo Pangadi, tergabung dalam Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang.

Pada tahun ini, Dusun Wonolelo menjadi tuan rumah FLG yang bakal menyajikan berbagai pertunjukan, pameran, dan performa seni budaya, baik warga komunitas itu maupun para seniman jejaringnya di Magelang dan sekitarnya, serta beberapa kota di Indonesia.

Panggung sawah FLG dengan dua tingkat seluas 16x12 meter dengan instalasi seni sebagai latar belakang setinggi tujuh meter, antara lain berupa topeng pentul, dua manuk beri, dan motif gunungan terbuat dari kepang, jemari, kelaras, dan bambu.

Panggung kampung FLG dengan dua tingkat seluas 14x10 meter dengan instalasi gunungan terbuat dari kepang dan hiasan lainnya dari berbagai bahan alam.

Panitia juga menyiapkan tempat swafoto di dekat panggung sawah dengan latar belakang instalasi dari bahan alam, berupa ikan, kupu-kupu, belut, dan kepiting, serta tulisan "Festival Lima Gunung XVII".

Mereka juga memasang sekitar 70 penjor kontemporer desa terbuat dari jerami dengan berbagai motif seni untuk menghiasi jalan-jalan dusun itu sejak beberapa bulan lalu. Suasana dusun saat ini telah nampak semarak oleh aneka instalasi seni penjor tersebut.

"Kalau mulai proses penyiapan segala sesuatunya sejak Bulan Puasa, dan setelah Lebaran lalu mulai menggarap panggung ini," kata Iroel, panggilan akrab Khoirul Mutaqin yang juga pembuat topeng itu di sela kerja bakti warga setempat membuat panggung sawah yang menjadi tempat utama pementasan festival mendatang.

Masyarakat setempat juga menyiapkan sejumlah tempat untuk parkir kendaraan penonton, rumah-rumah warga untuk menginap tamu dari luar kota, lokasi para pedagang menggelar dagangan, antara lain makanan dan minuman, serta aneka permainan anak-anak.

Ketua Komunitas Lima Gunung Supadi Haryanto mengatakan tema festival tahun ini, "Masih Goblok Bareng", menyangkut kesadaran pentingnya sikap rendah hati dalam menyikapi perkembangan berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

"Dengan sikap rendah hati melahirkan nilai-nilai budaya arif dan bijaksana dalam menghadapi permasalahan. Ora golek menang e dhewe (tidak mencari menang sendiri, red.) dalam menyelesaikan masalah," ujar dia.

Pewarta: Maximianus Hari Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018