Markas Besar PBB, New York (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa mengancam mengambil tindakan keras kepada para pendukung partai yang membuat kerusuhan awal pekan ini di Timor Timur, dan menegaskan akan memperlakukan perusuh sebagai penjahat yang akan ditangani dengan segera. Ancaman tersebut dikemukakan oleh utusan khusus Sekjen PBB Ban Ki-moon untuk urusan Timor Leste, Atul Khare, dalam pernyataan yang dikeluarkan Mabes PBB di New York, Selasa. Ancaman dikeluarkan Khare menyusul adu fisik, pelemparan batu serta pembakaran gedung, yang terjadi di Dili dan kota lain di Timtim pada Selasa (7/8) waktu setempat. Insiden itu terjadi satu hari setelah Presiden Jose Ramos-Horta menunjuk mantan presiden Timtim Xanana Gusmao sebagai perdana menteri yang baru untuk Timor Timur --bekas propinsi Indonesia yang pada tahun 1999 mayoritas penduduknya memilih untuk berpisah dari Indonesia. Keputusan itu membuat marah pendukung pesaing utama lama Gusmao, mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri, yang hari Selasa menyatakan anggota partainya akan menjadi lawan di parlemen, kendati ia menyebut pemerintah baru itu "tidak sah". Atul Khare sendiri telah melakukan pertemuan dengan Mari Alkatiri --Sekjen partai berkuasa Fretilin-- serta sejumlah pemimpin politik lainnya yang kemudian meminta dukungannya untuk mengembalikan situasi menjadi tenang. "Alkatiri mengatakan kepada saya bahwa ia telah menerima rombongan masyarakat sejak kemarin dan memperingatkan kepada mereka bahwa membakar-bakari gedung serta melempar batu adalah tindakah yang tidak bisa diterima," kata Khare. PBB telah meningkatkan peranan penjagaan perdamaian dan ketertiban setelah kekerasan yang disebabkan perbedaan paham antara wilayah di timur dan barat Timtim pecah pada April dan Mei tahun lalu, hingga menyebabkan 37 orang tewas dan memaksa 155.000 warga lainnya mengungsi dari rumah-rumah mereka. Pihak kepolisian PBB (Unpol) mengatakan bahwa situasi di Dili, Baukau dan Viqueque dalam 24 jam terakhir masih berada dalam keadaan tegang. Polisi juga melaporkan bahwa dalam satu hari terakhir sudah terjadi 32 insiden, kebanyakan berbentuk pelemparan batu, pembakaran ban-ban serta perkelahian di antara kelompok berbeda. Setidaknya 15 kendaraan miliki PBB juga menjadi korban pelemparan batu. Menurut laporan PBB, untuk mengatasi insiden-insiden tersebut, Unpol menembakkan gas air mata dan menggunakan `kekuatan lainnya yang tidak mematikan`. Sejauh ini dilaporkan sudah enam orang yang ditahan karena dianggap terlibat dalam aksi-aksi kerusuhan. Menurut laporan AFP, kerusuhan pada Selasa terjadi di tiga kota, yaitu di Dili, Baukau dan Viqueque. Di Dili, 100 pemuda pembela Fretilin --yang berasal dari kampung pengungsi di dekat bandar udara internasional Dili-- melempari mobil serta puluhan polisi peronda yang mendatangi lokasi setelah terjadi pembakaran ban-ban di jalan. Di Baukau timur yang menjadi kubu Fretilin, ratusan orang berpawai melintasi kota dan dilaporkan membakar dua mobil, kantor badan bantuan serta gelanggang olahraga. Sementara di Viqueque, kerumunan pembela Fretilin dilaporkan membakar lima rumah milik politisi setempat.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007