Jakarta (ANTARA News) - Saat Matahari baru bangkit dari tidur di hari Kamis (26/7), tidak seperti biasanya, Pelabuhan Waisai di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, sudah ramai dan tampak sibuk.

Pusat perhatian keramaian tersebut adalah keberadaan kapal perang KRI I Gusti Ngurah Rai bernomor lambung 332.

Penjagaan tampak ketat karena kapal buatan dalam negeri bekerja sama dengan Belanda ini sedang membawa "tamu" istimewa yakni obor Asian Games 2018 yang datang ke Tanah Papua sebagai bagian dari prosesi Kirab Obor Asian Games 2018 yang melintasi 54 kabupaten-kota.

Tugas I Gusti Ngurah Rai yaitu menyeberangkan obor tersebut menyeberang sejauh 68,6 kilometer menuju ke salah satu tujuan wisata ternama di Raja Ampat, Pulau Piaynemo.

Sekitar pukul 07.00 WIT, KRI I Gusti Ngurah Rai angkat jangkar, bertolak menuju Piaynemo. Perjalanan selama dua jam yang relatif tenang tanpa gangguan ombak tinggi itu berakhir kala bunyi alat musik tambur terdengar di antara perairan.

Tambur ditabuh oleh masyarakat Piaynemo di atas perahu-perahu kayu tradisional sederhana yang biasa mereka pakai untuk mencari ikan. Perahu itu sudah dihias semarak warna-warni berikut bendera Merah Putih.

KRI I Gusti Ngurah Rai sendiri membuang sauh sekitar 700 meter dari pelabuhan Piaynemo, sebab api obor Asian Games dibawa berenang menuju daratan oleh tujuh prajurit marinir TNI Angkatan Laut beserta Ketua Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) sekalgus mantan atlet renang nasional Richard Sam Bera.

Sesampainya di pulau, tarian adat, tambur dan suling kembali menyambut sang api obor Asian Games. Api obor itu kemudian dibawa ke Puncak Piaynemo oleh pemuda asli Raja Ampat Michael Edwin Wakum sebelum disertakan menyelam oleh istri Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Tito Karnavian, Tri Suswati dan kelompok Wanita Selam Indonesia (WASI).

Pukul 15.00 WIT, obor Asian Games 2018 berpindah dari air ke KRI I Gusti Ngurah Rai untuk berlayar lagi ke Waisai dan diarak berkelilung.

Gembira

KRI I Gusti Ngurah Rai bersauh di Waisai sekitar pukul 17.00 WIT. Masyarakat Waisai, Raja Ampat, Papua Barat, tampak antusias mengikuti acara Kirab Obor Asian Games 2018.

Ratusan pelajar yang berjejer rapi di sisi jalan mengibarkan Bendera Merah Putih sambil mengiringi barisan defile api Asian Games 2018 yang sampai di Waisai dengan menumpangi dari KRI I Gusti Ngurah Rai.

Api kemudian dibawa ke Pantai Waisai Torang Cinta yang merupakan tujuan wisata di Waisasi oleh para pejabat pemerintah daerah setempat dengan berlari. Salah satu yang terlibat sebagai pembawa obor adalah Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati.

Api tiba di Pantai Waisai Torang Cinta kira-kira pukul 17.20 WIT dan sudah ditunggu oleh ratusan masyarakat Waisai yang membuat pasukan keamanan sibuk mengatur warga agar tidak menghalangi jalur api.

Api obor langsung disambut tarian adat khas Papua Barat bersama bunyi pukulan alat musik tambur.

Setelah dipamerkan kurang lebih lima menit di hadapan masyarakat, yang diberikan kebebasan untuk memgambil foto, api obor Asian Games 2018 itu dibawa ke Kantor Bupati Raja Ampat untuk diinapkan selama satu malam.

Warga Kota Waisai, Raja Ampat, Papua Barat, menyambut gembira kedatangan api Asian Games 2018 itu.

"Kami masyarakat Raja Ampat merasa bangga obor Asian Games 2018 bisa sampai sini. Ini bersejarah bagi Raja Ampat khususnya di Waisai karena tidak sering Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games," ujar warga Waisai Korinus Sauyai di Waisai, Raja Ampat, Papua Barat, Kamis.

Korinus pun mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat dan Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) yang telah memilih Raja Ampat sebagai salah satu dari 54 kabupaten-kota yang disinggahi oleh api obor Asian Games 2018.

Hal senada dikatakan seorang warga lain, Ratmi. Sebagai warga Waisai, dia menyatakan senang bisa menyaksikan api obor Asian Games singgah ke wilayah tinggalnya.

Tak lupa, dia juga memberikan dukungan kepada seluruh atlet Indonesia yang akan bertanding di Asian Games 2018.

"Semoga Indonesia bisa berprestasi baik," tutur Ratmi.

Keesokan harinya, Jumat (27/7), api obor Asian Games 2018 diseberangkan ke Kota Sorong.

Omzet

Api obor Asian Games 2018 sampai di Sorong pada Jumat (27/7) pukul 10.00 WIT dan disambut oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise.

Empat jam kemudian, setelah salat Jumat, api tersebut diarak keliling Kota Sorong dengan cara dibawa bergantian secara estafet oleh para pejabat pemerintah daerah dan instansi terkait.

Kegiatan ini menjadi spesial karena diikuti pula oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo yang sempat berlari membawa api Asian Games sebelum memberikannya ke Wali Kota Sorong Lambert Jitmau.

Arak-arakan api obor di Sorong dimulai dari markas Komando Armada III TNI Angkatan Laut dan berakhir di halaman Kantor Wali Kota Sorong. Di sana, Mendes PDTT dan Wali Kota Sorong sempat berinteraksi dengan masyarakat yang hadir menyaksikan seremoni tersebut.

Masyarakat Sorong, sama seperti di Raja Ampat, juga antusias menyaksikan kirab obor tersebut. Bahkan, hal itu mempengaruhi omzet pedagang kecil.

Salah satunya adalah Darmawan Maki, pedagang es pisang ijo khas Makassar di sekitar Kantor Wali Kota Sorong yang mengaku omzetnya meningkat sekitar 50 persen.

"Biasanya saya mendapatkan Rp300 ribu per-hari. Namun hari ini (Jumat), saya memperoleh Rp600 ribu," ujar Darwaman ketika ditemui di gerobaknya.

Dia melanjutkan, peningkatan itu tidak lepas dari bertambahnya pembeli yang berasal dari masyarakat yang menyaksikan prosesi kirab obor tersebut.

Selain itu, pelanggannya juga datang dari personel pasukan pengamanan kirab obor yang beristirahat sejenak sambil menikmati dingin dan manisnya es pijang ijo.

Pedagang lain, Regis, merasakan hal yang sama. Malah, setengah bercanda, dia berharap kirab obor bisa diadakan setiap hari.

"Sampai sore ini saya sudah dapat Rp500 ribu, biasanya Rp300-Rp400 ribu," tutur Regis yang menjual jajanan pentolan atau sejenis cilok (aci dicolok-makanan berbahan tepung kanji).

Tarian khusus

Saking antusiasnya menyambut Kirab Obor, Sanggar Seni Sinifagu, kelompok kesenian asli Kota Sorong, Papua Barat, sampai menciptakan tarian khusus untuk menyambut Kirab Obor Asian Games 2018.

Tarian itu, kata pelatih sekaligus pimpinan sanggar Sinifagu Ine Penturi Nandotray, dinamakan "tari obor".

"Inti dari tarian ini adalah harmonisasi gerak tubuh yang melambangkan semangat untuk berjuang menaklukkan tantangan," ujar Ine.

Tari obor yang ditampilkan sebanyak 15 penari perempuan dan laki-laki dari sanggar Sinifagu membuat napas masyarakat Sorong yang hadir di halaman kantor wali kota untuk menyaksikan prosesi Kirab Obor Asian Games 2018, sesekali tertahan.

Terdengar pula teriakan-teriakan kecil bernada takut dan khawatir dari sela-sela barisan manusia yang berhimpitan karena penasaran.

Suasana tegang semakin terasa ketika personel Sinifagu sedang meliuk-liukkan badan dengan menggenggam obor yang apinya menyala-nyala. Mereka menyelipkan gerakan-gerakan akrobatik yang sukses membuat kagum penonton.

Tepuk tangan meriah pun terdengar setelah anak-anak asli Papua Barat yang tampil dengan kostum adat itu menyelesaikan tariannya.

Namun, siapa sangka, meski tampak sangat luwes dan nyaris tanpa cela ketika tampil, kelompok sanggar Sinifagu baru mempelajari tari obor tersebut dua hari sebelum pentas.

"Kami baru latihan selama dua hari dengan menggunakan obor tanpa api. Kami baru membuat api ketika tampil hari ini. Saya bersyukur tidak ada yang cedera," tutur Ine.

Acara Kirab Obor di Asian Games 2018 di Sorong, Papua Barat menjadi petualangan terakhir obor Asian Games di Tanah Papua setelah sebelumnya dibawa ke Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.

Berikutnya, api Asian Games 2018 akan diteruskan oleh Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) ke Tanjung Bira, Makassar, untuk acara kirab obor pada 28-30 Juli 2018.

Baca juga: Obor Asian Games diarak keliling Makassar

Pewarta: Michael Teguh Adiputra Siahaan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018