Dili (ANTARA News) - Kerumunan orang mengamuk hari Selasa di Dili, ibukota Timor Timur, dan kota lain untuk mengecam penunjukkan pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao menjadi perdana menteri, saat bekas partai berkuasa bersumpah berjuang melawan langkah itu di pengadilan.Kaum muda melemparkan batu, mendirikan perintang jalan dan membakar gedung di ibukota itu dan dua kota lain, kata duta Perserikatan Bangsa-Bangsa di Dili, dengan polisi dan penjaga perdamaian antarbangsa bergegas untuk mengendalikan kekerasan itu.Peristiwa itu terjadi sehari sesudah Presiden Jose Ramos-Horta menunjuk Xanana untuk memimpin pemerintah gabungan, tanpa bekas partai berkuasa Fretilin, yang memecahkan kebuntuan sesudah pemilihan umum tenggung pada Juni.Keputusan itu membuat marah pendukung pesaing utama lama Gusmao, mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri, yang hari Selasa menyatakan anggota partainya akan menjadi lawan di parlemen, kendati ia menyebut pemerintah baru itu "tidak sah".Dalam satu kemelut, sekitar 100 pemuda sebagian besar dari kampung pengungsi pembela Fretilin di dekat bandar udara antarbangsa Dili melempari mobil dan sekitar 30 polisi peronda, yang dikirim untuk menahan mereka sesudah mereka membakar ban di jalan. Sirene polisi bergema di seluruh ibukota tepi laut itu pada Selasa malam, tapi jalan tampak lebih tenang. Di Baukau timur, kubu Fretilin, ratusan orang berpawai melintasi kota, membakar dua mobil, kantor badan bantuan setempat dan gelanggang olahraga, kata wartawan setempat, Mario Pinto, kepada kantor berita Prancis AFP. Kerumunan pembela Fretilin di kota Vikeke, Timor Timur timur, membakar lima rumah milik politisi setempat dari partai lawan, yang membentuk persekutuan dengan Xanana, kata Pinto. Fretilin mendapatkan hanya 21 kursi di parlemen 65 kursi Timor Timur dalam pemilihan umum bulan Juni, kurang jauh dari jumlah besar mutlak untuk memerintah. Gusmao mengetuai Kongres Bangsa untuk Pembangunan Kembali Timor Timur (CNRT), peraih kedua terbesar suara. Partai tersebut sejak itu menjalin persekutuan dengan tiga partai lebih kecil, yang secara bersama mengumpulkan 37 kursi. Fretilin dalam pernyataannya mengatakan akan melawan keputusan membentuk pemerintah pimpinan Xanana lewat pengadilan, tapi Alkatiri menyatakan anggota parlemen saat ini berlawanan. Anggota parlemen dari partai itu memulai memboikot parlemen pada pekan lalu. "Kami akan menjadi lawan," kata Alkatiri kepada wartawan sesudah bertemu dengan Ramos-Horta dan Xanana, dengan menambahkan bahwa anggota Fretilin akan menemui pendukung mereka untuk menerangkan bahwa mereka akan menjadi anggota parlemen. Ramos-Horta menyatakan mereka berbicara untuk "melihat bagaimana bisa bekerjasama dalam tugas masing-masing untuk menenangkan rakyat dan pendukung masing-masing anggota kelompok mereka agar tiap orang dapat hidup tenang, sehingga negara bisa maju". Pejabat tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Timur, Atul Khare, bertemu secara terpisah dengan Alkatiri untuk meminta bantuannya dalam memadamkan kekerasan, kata duta bada dunia itu di Dili, demikian Reuters melaporkan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007