Manado (ANTARA News) - Harga minyak goreng curah di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) melonjak hingga Rp10 ribu per kilogram, sebagai dampak dari sulitnya pabrikan mendapatkan bahan baku sawit. "Distributor telah naikkan harga tebusan jenis Bimoli curah menjadi Rp166 ribu per galon 20 kg sehingga terpaksa menyesuaikan harga eceran menjadi Rp10 ribu per kg, sebelumnya jual berkisar Rp8.000-Rp9.000 per kg," kata Ani, pedagang minyak goreng di pasar tradisional Pinasungkulan Karombasan, Manado, Selasa. Para pedagang mengatakan, kenaikan minyak goreng di kota tersebut terjadi secara beruntun, hampir setiap hari ada gerakan, dan saat ini mencapai harga termahal dalam satu bulan terakhir. "Kenaikan harga minyak goreng terjadi secara cepat dan tak terkontrol karena masalah kurangnya bahan baku sawit semakin menyulitkan pabrikan," kata Kepala Sub Dinas Perdagangan Dalam Negeri, Disperindag Sulut, Janny Rembet. Pemerintah Propinsi Sulut sudah lakukan koordinasi dengan pabrikan dan sampai saat ini belum mendapat jaminan apakah harga dapat ditekan. "Bila pergerakan harga di atas 20 persen dalam sepekan, maka Pemrop Sulut akan mengambil langkah operasi pasar dengan libatkan pabrikan seperti dilakukan saat migor mengalami kenaikan tinggi bulan sebelumnya," kata Janny. Para ibu rumah tangga mengatakan, kenaikan minyak goreng sangat memberatkan ekonomi keluarga sebab produk tersebut merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok yang digunakan setiap hari. Area Sales and Promotion Manager PT Salim Ivomas Pratama, Theo Irawan, produsen minyak goreng Bimoli, Jumat di Manado, mengatakan kenaikan harga minyak goreng tersebut terjadi karena pabrik kesulitan mendapatkan bahan baku Crude Palm Oil (CPO), produsen CPO itu lebih memilih ekspor langsung ketimbang melepas ke pabrik dalam negeri. "Naiknya harga minyak goreng murni karena kurs dolar Amerika Serikat yang menguat sehingga produsen CPO memilih melakukan ekspor dan mengabaikan permintaan pabrik minyak goreng lokal," kata Theo. Perusahaan Bimoli Grup tersebut sudah sebulan terakhir ini tidak mendapat pasokan bahan baku CPO dari produsen Kalimantan maupun Papua, akibatnya harga minyak goreng naik, katanya. Data Disperindag Sulut menyebutkan, kebutuhan minyak goreng Sulut berkisar 3.000 ton per bulan, jumlah tersebut meningkat di saat masyarakat merayakan hari besar keagamaan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007