"Gunung ini aneh dan unik, dan yang terbaik adalah semuanya masih alami, belum tersentuh perubahan dari manusia," kata Irwan, pemandu dan pengemudi yang bekerja di wilayah Papua Barat, tentang Gunung Botak.
Meski namanya Gunung Botak, gunung di Kabupaten Manokwari Selatan ini tidak benar-benar gundul. Pepohonan besar memang tidak tampak di seluruh penjuru pandang, tapi tetumbuhan pendek, semak dan rumput liar menyelimuti punggung gunung, membuatnya terlihat seperti gundukan raksasa berwarna hijau kekuningan.
Gunung yang seolah terbentuk dari tanah yang tertumpah di dekat laut ini berhadapan langsung dengan lautan Pasifik. Dari puncaknya tersaji pemandangan hamparan laut dan cakrawala, serta lika-liku jalanan di kaki gunung yang tampak seperti lukisan batik.
Di tanjungnya, pengunjung bisa berfoto dengan latar pemandangan gunung dan lautan, yang terlihat seperti danau tenang yang dikelilingi gunung.
Perairan di sekitar gunung itu bening. Nelayan bisa dengan tenang menjaring ikan di sana karena gelombangnya tidak besar. Namun tidak banyak nelayan yang mencari ikan di sana karena lokasinya jauh dari perkampungan penduduk.
Hamparan pasir putih memperindah pantai yang mengelilingi teluk. Di beberapa bagian, hamparan pasir putihnya cukup luas untuk area bermain di tepi pantai. Tapi jika ingin berswafoto di dekat tebing sebaiknya berhati-hati karena belum ada fasilitas pagar pengamanan yang memadai.
Perjalanan panjang
Perjalanan menuju Gunung Botak meliputi perjalanan darat sekitar tujuh sampai delapan jam dari Manokwari menuju Bintuni ditemani pemandangan alam indah, melewati perkampungan penduduk lokal dan transmigran yang jaraknya berjauhan di Distrik Momi Waren, Manokwari Selatan.
Untuk menuju ke sana, butuh mobil dengan spesifikasi khusus karena jalanannya berbukit dan mencakup jalan tanah liat yang belum beraspal.
Transportasi umum belum tersedia, yang ada mobil sewa dengan ongkos Rp2,5 juta untuk perjalanan dari Manokwari menuju Bintuni.
"Kalau setahun lalu, setengah mati menuju lokasi ini, jalannya terjal penuh batuan dan tanah liat, apalagi jika hujan, akan susah melintas," kata Irwan.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018