Jakarta (ANTARA News) - Wadah Pegawai (WP) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghadiahkan sepeda bagi orang yang berhasil mengungkapkan penyiram air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan.

"Sepeda ini akan terus ada di depan lobi KPK sampai pelaku penyiraman bang Novel ditemukan," kata Ketua WP KPK Yudi Purnomo Harahap di gedung KPK Jakarta, Jumat.

Yudi menyampaikan hal itu saat acara penyambutan kedatangan Novel Baaswedan yang kembali bekerja hari ini setelah mengalami penyiraman air keras oleh dua orang pengendara motor pada 11 April 2017 seusai salat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya. Hingga saat ini pelaku penyerangan tersebut belum ditangkap.

"Sepeda ini tidak hanya 1, tapi bisa jadi 2, 3, 4, 5 di halaman gedung KPK akan penuh dengan sepeda karena rakyat ingin kasus bang Novel dituntaskan, untuk itu bang Novel dan teman-teman, sepeda ini kami taruh di sini sebagai simbol bahwa kita tidak akan pernah berhenti untuk mendukung pengungkapan kasus bang Novel, bahkan sampai 2019, 2020, dan seterusnya jadi ini adalah sepeda dari wadah pegawai KPK," tambah Yudi.

Ketua Wadah Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yudi Purnomo (kanan) bersama Penyidik senior KPK Novel Baswedan (kiri) membacakan surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo saat acara penyambutan Novel kembali aktif bekerja, di pelataran gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/7/2018). Kegiatan itu sekaligus diselenggarakan untuk memperingati 16 bulan kasus penyerangan Novel Baswedan yang belum menunjukkan titik terang. (ANTARA /Dhemas Reviyanto)

Yudi pun lalu menaruh sepeda jenis BMX warna hitam dan putih seharga Rp950 ribu yang dibeli di satu toko di Pasar Jumat pada Kamis (26/7) di panggung kecil di depan lobi KPK.

Pemberian sepeda itu mengingatkan dengan kebiasaan Presiden Joko Widodo memberikan sepeda kepada masyarakat yang dapat menjawab kuis saat menghadiri suatu acara di daerah.

Novel tiba di gedung KPK sekitar pukul 09.00 WIB dan disambut oleh Ketua KPK Agus Rahardjo, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, Direktur Gratifikasi KPK Giri Supradiono, mantan pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, para aktivis antikorupsi serta sekitar 200 orang pegawai KPK yang mengenakan kemeja putih dengan pita merah di lengan kanan.

Dalam kesempatan tersebut, Yudi juga membacakan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo.

"Perkenankan kami wadah pegawai KPK sebagai perwakilan pegawai-pegawai di KPK di dalamnya termasuk Novel Baswedan, 16 bulan sejak terjadi kasus penyerangan Novel Basedan belum menunjukkan titik terang. Padahal sbagaimana kita ketahui, Desember 2017 tiga orang pembunuh jurnalis antikorupsi di Malta sebelum kasus Novel Baswedan sudah diproses di pengadilan," ungkap Yudi

Menurut Yudi, WP KPK juga sudah pernah mengirimkan surat kepada Presiden beberapa bulan lalu.

"Bapak Presiden, izinkan kami kembali mengingatkan melalui surat ini sebagai lanjutan surat Wadah Pegawai KPK yang telah dikirm pada bulan-bulan lalu yang sampai hari ini belum ada balasan maupun tindak lanjut. Kami ingin mengingatkan bahwa penyerangan terhadap Novel Baswedan bukan penyerangan biasa, tapi upaya untuk membunuh hadirnya negara yang sedang berupaya memberantas korupsi yang menggurita," jelas Yudi.

Dalam surat tersebut, Yudi juga mengatakan bahwa apa yang menimpa Novel Baswedan dapat menimpa siapa saja.

"Untuk itu kami tidak menuntut banyak, kami hanya menuntut negara hadir untuk Novel Baswedan dan pemberantasan korupsi melalui pengungkapan kasus Novel Baswedan. Apabila dirasa belum ada titik terang dari kerja lembaga yang ada saat ini, kami berharap sikap tegas Presiden membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) sekarang juga," tegas Yudi. (T.D017)

Baca juga: Novel Baswedan kembali bekerja di KPK

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018