New York (ANTARA News) - Harga minyak naik untuk hari ketiga berturut-turut pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Arab Saudi menangguhkan pengiriman minyak melalui selat di Laut Merah menyusul serangan terhadap dua tanker minyak.
Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman September bertambah 0,61 dolar AS atau 0,80 persen menjadi 74,54 dolar per barel di London ICE Futures Exchange. Brent sempat menyentuh 74,83 dolar AS per barel, tertinggi sejak 16 Juli, lapor Reuters.
Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik 0,31 dolar AS atau 0,50 persen menjadi menetap di 69,61 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga minyak juga ditopang oleh meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Setelah bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker di Gedung Putih pada Rabu (25/7), Presiden AS Donald Trump setuju untuk menahan diri dari mengenakan tarif mobil, sementara Uni Eropa dan Amerika Serikat memulai pembicaraan tentang pemotongan hambatan perdagangan lainnya.
"Tentu saja itu positif untuk ekonomi dan komoditas," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York. "Semacam ini menghidupkan kembali prospek ekonomi yang redup dari perang perdagangan yang dimulai."
Brent naik dalam perdagangan pasca-penutupan pada Rabu (25/7) setelah Arab Saudi mengatakan pihaknya "menghentikan sementara" pengiriman minyak melalui jalur pelayaran Laut Merah Bab al-Mandeb setelah serangan terhadap dua kapal tanker minyak besar oleh gerakan Houthi.
Setiap langkah untuk memblokir Bab al-Mandeb, yang berada di antara pantai Yaman dan Afrika di ujung selatan Laut Merah, akan menghentikan pengiriman minyak melalui Terusan Suez Mesir atau pipa minyak mentah SUMED yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania.
Diperkirakan 4,8 juta barel per hari minyak mentah dan produk olahan mengalir melalui selat Bab al-Mandeb pada 2016 menuju Eropa, Amerika Serikat dan Asia, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA).
Arab Saudi juga memiliki Petroline, juga dikenal sebagai East-West Pipeline, yang terutama mengangkut minyak mentah dari ladang-ladang di timur ke Yanbu untuk diekspor. Itu bisa mengimbangi kemacetan yang disebabkan oleh penutupan Bab al-Mandeb.
Olivier Jakob dari Petromatrix mengatakan dalam sebuah catatan masih harus dilihat apakah langkah Saudi itu berdampak pada biaya pengiriman.
"Bagian ini tidak sepenting Selat Hormuz ... tetapi terbatasnya aliran melalui selat tersebut akan berdampak tidak hanya untuk minyak mentah tetapi juga untuk produk-produk karena waktu pelayaran yang lebih lama," katanya.
Persediaan minyak mentah AS pekan lalu jatuh lebih besar dari yang diperkirakan ke level terendah sejak 2015, EIA mengatakan pada Rabu (25/7), ketika cadangan bensin dan distilat AS jatuh.
Para pedagang mengatakan pada Kamis (26/7) bahwa persediaan di pusat penyimpanan AS di Cushing, Oklahoma, terus menurun. Mereka diperkirakan akan turun 1,1 juta barel sampai Selasa (24/7), kata para pedagang, mengutip penyedia informasi energi Genscape.
(UU.A026)
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018