Jakarta (ANTARA News) - Duitku, perusahaan rintisan yang bergerak di sistem pembayaran online, payment gateway, tergerak untuk memfasilitasi perusahaan kecil agar tidak terbebani biaya transaksi yang tinggi.
“Supaya para pelaku industri kreatif, yang umumnya kecil ini, bisa berkompetisi dengan perusahaan besar,” kata pendiri dan CEO Duitku, Rezha Budiono, saat acara temu media di Jakarta, Kamis.
Rheza mengilustrasikan ketika sebuah toko online memiliki transaksi yang kecil, institusi finansial seperti bank akan mengenakan biaya transaksi yang cukup tinggi. Sebaliknya, jika toko tersebut sudah terkenal dan memiliki transaksi yang besar, biaya transaksi akan mengecil.
Duitku mengumpulkan transaksi dari semua toko yang bergabung dengan platform tersebut sehingga jumlahnya menjadi besar. Mereka memfasilitasi toko-toko tersebut ke institusi finansial, misalnya bank, agar dapat mencairkan dana dengan biaya transaksi yang lebih sedikit dibandingkan jika mereka menarik sendiri-sendiri.
Dengan metode ini, mereka memposisikan diri sebagai social payment gateway karena menyasar para pebisnis kecil, misalnya orang-orang yang mengandalkan media sosial untuk berjualan. Duitku menetapkan konsep berbagi dalam bisnis ini, mereka mendapatkan sejumlah persentase dari transaksi, mulai dari Rp 3.000.
Sejak beroperasi pada 2016 lalu, Duitku kini memiliki lebih dari 500 gerai yang bergabung dengan mereka, dengan jumlah transaksi lebih dari 100.000 per bulan.
Baca juga: 5 hal yang perlu diperhatikan UKM saat rambah "online"
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018