Jakarta (ANTARA News) - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) menyatakan perkembangan global yang terjadi saat ini telah membuat rupiah mengalami tekanan, sehingga menembus angka Rp9.200 per dolar AS atau melemah 1,99 persen dibandingkankan dengan level Juni. "Perkembangan perekonomian global seperti kenaikan harga minyak, meningkatnya inflasi di beberapa negara kawasan, serta memburuknya kondisi surat utang kredit perumahan di AS mempengaruhi kondisi perekonomian dan pasar keuangan regional, termasuk Indonesia," kata Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, Budi Mulia, mengutip hasil RDG, di Jakarta, Selasa. Untuk itu, ia mengatakan BI terus mewaspadai timbulnya beberapa risiko global yang dapat mempengaruhi kestabilan ekonomi makro dan sektor keuangan. Menurut dia sentimen global sebagai bagian dari "rebalancing" manajemen portofolio para investor asing hanya temporer saja. Untuk itu, menurut dia, tekanan terhadap rupiah diharapkan juga temporer. Ia mengatakan imbal hasil rupiah saat ini masih tetap menguntungkan, dengan BI rate yang tetap dipertahankan pada level 8,25 persen. "Faktor fundamental ekonomi solid, imbal hasil aset rupiah masih menarik, lepas beli dolar hanya temporer saja, karena berlangsung secara global (akibat rebalancing manajemen portofolio)," katanya. Ia juga menambahkan selain faktor fundamental yang bagus, rupiah juga didukung oleh tiadanya hubungan yang langsung antara surat utang kredit perumahan di AS dan Indoensia. "Tidak ada satu perbankanpun yang memiliki kaitan langsung dengan surat utang kredit perumahan di AS yang saat ini memburuk," katanya. Meski demikian, BI tetap waspada dan terus mengamati perkembangan yang berlangsung saat ini. BI mengatakan tidak akan mengarah ke level tertentu, namun tetap menjaga volatilitasnya. Volatilitas pada Juli 2007, menurut catatan BI, mencapai 0,47 persen turun dari bulan Juni 1,36 persen. Sementara itu, BI juga terus mewaspadai kondisi struktur aliran modal masuk yang didominasi oleh invetasi portofolio berjangka pendek. Menurut dia, BI mencatat dana asing di SBI pada 31 Juli 2007 sebesar p29,9 triliun atau sekitar sepuluh persen dari total SBI Rp287 triliun. Ia menambahkan hal itu menurun dibandingkan posisi Juni Rp38 triliun atau 14,8 persen dari total SBI. Sedangkan untuk dana asing di Surat Utang Negara (SUN), ia mengatakan menurun dari Rp78,7 triliun pada Juni menjadi Rp71,7 triliun di akhir Juli. Meski demikian, ia mengatakan dana asing di pasar saham justru meningkat pada bulan Juli menjadi Rp1.650 triliun dari bulan Juni yang mencapai Rp1.506 triliun. Pada Selasa (7/8), pembukaan sesi pagi kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, bertahan pada Rp9.300 per dolar AS. Nilai tukar rupiah stabil pada Rp9.300/9.310 seperti hari sebelumnya Rp9.300/9.312 per dolar AS. (*)
Copyright © ANTARA 2007