Selangor, Malaysia (ANTARA News) - Kontingen Indonesia sukses memenuhi target medali yang ditetapkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada ASEAN School Games (ASG) 2018 di Selangor, Malaysia yaitu minimal meraih 26 medali emas.
Pada hari terakhir kejuaraan khusus untuk pelajar di Asia Tenggara yang dipusatkan di Shah Alam, Selangor, Malaysia, Rabu, kontingen Indonesia sukses mengumpulkan 31 emas, 36 perak dan 31 perunggu atau berada di posisi dua klasemen akhir. Sedangkan pemuncak klasemen adalah Malaysia dengan 37 emas, 34 perak dan 31 perunggu.
Dari delapan cabang olahraga yang diikuti Indonesia hanya empat cabang saja yang mampu menyumbang medali yaitu atletik dari target lima emas meraih delapan emas, renang memenuhi target yaitu 15 emas, senam dari target satu justru meraih empat emas serta bulu tangkis dari target dua mendapat empat emas.
"Bulu tangkis sukses memenuhi target. Sebenarnya kita bisa menambah di beregu putra dan ganda campuran. Namun di final kita kalah. Yang jelas hasil tahun ini lebih baik dibandingkan sebelumnya yang hanya satu emas," kata manajer tim bulu tangkis Indonesia, Luluk Hadiyanto.
Bulu tangkis meraih medali emas lewat nomor tunggal putra dan putri yang di final semuannya mengalahkan Malaysia. Berikutnya beregu putri yang di final mengalahkan tim Thailand satu emas lagi nomor ganda putri yang di final mempertemukan pemain asal Indonesia sendiri.
Selain bulu tangkis prestasi mengejutkan datang dari atletik dan senam. Atletik yang tahun sebelumnya hanya meraih satu emas kini jadi tumpuan. Beberapa rekor juga tercipta yang salah satunya melalui atlet lompat galah putra, Idan Fauzan Richsan. Atlet yang disiapkan ini bahkan mampu memecahkan dua rekor yaitu rekor ASG dari 5 meter menjadi 5,30 dan rekornas junior dan senior dari 5,20 meter menjadi 5,30 meter.
Baca juga: Idan pecahkan rekornas setelah gagal ke kejuaraan dunia
"Ini balas dendam saya setelah gagal turun di kejuaraan dunia. Sebenarnya saya masih ingin nambah lompatan, tapi jajaran pelatih dan PB PASI meminta saya untuk berhenti," kata Idan setelah melakukan lompatan pecah rekor.
Untuk senam sebenarnya cukup fenomenal. Target satu emas awalnya cukup berat. Namun, kondisi di lapangan berbeda. Indonesia mendapat empat emas yang tiga diantaranya direbut oleh Abiyurafi. Apa yang diraih atlet SKO Ragunan itu diluar dugaan oleh tim.
"Target buat Abiyurafi sebenarnya satu emas, tapi justru dapat tiga. Ini sebuah kejutan. Dengan hasil ini kami optimistis jika Indonesia potensi untuk kedepannya," kata manajer tim senam Indonesia, Murdhasih Supardjo saat dikonfirmasi sebelumnya.
Baca juga: Tim voli putri Asian School Games harus puas sebagai runner-up
Renang sebenarnya nyaris terpeleset. Beruntung pada hari pelaksanaan mampu meraih emas yang salah satunya lewat Adinda Larasati Dewi. Atlet berjilbab ini secara umum mampu menyumbang emas emas individu. Satu perenang lagi yang gemilang adalah Azzahra Permatahani yang mengemas tiga medali emas individu.
Jika empat cabang mampu memenuhi target bahkan lebih, kondisi berbeda didapat dua cabang yang cukup familiar yaitu bola voli dan basket. Untuk bola voli, tim putra dan putri Indonesia semuanya harus puas dengan medali perak. Padahal cabang ini ditarget satu emas. Begitu juga basket yang gagal meraih medali meski ditarget emas. Squash juga tanpa emas.
Sementara itu komandan kontingen Indonesia pada ASG 2018, Bambang Siswanto membenarkan jika target perolehan medali sesuai dengan target bahkan lebih. Namun, jumlah tersebut belum mampu membendung laju tim tuan rumah Malaysia.
"Kami melihat Malaysia memang lebih siap terutama pada nomor-nomor unggulan mereka seperti squash. Itu yang menjadi lumbung medali selain dari senam. Mereka juga bagus di atletik meski kita juga mampu memenuhi target," katanya saat dikonfirmasi.
Baca juga: Indonesia kawinkan emas nomor tunggal ASG
Meski demikian, kata dia, pihaknya tetap mengapresiasi perjuangan para atlet mengingat persiapan mereka hanya sekitar dua pekan. Kedepan pihaknya berharap persiapa jauh lebih baik mengingat atlet yang turun di ASG merupakan bibit untuk menghuni timnas yang berlaga dikejuaraan yang levelnya lebih tinggi.
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018