Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mendapatkan anugrah gelar kehormatan dari masyarakat adat Donggo, yang tinggal di Kecamatan Donggo, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pemimpin masyarakat Adat Donggo, Arifin J Anat, memberikan kain tenun khas Donggo kepada Fahri Hamzah. Bagi masyakarat di Dongo, Fahri merupakan salah satu tokoh yang dikagumi karena ia adalah putra NTB asal Pulau Sumbawa.
"Donggo adalah monumen masyarakat dari dulu karena dahulu dianggap keras dan karakternya kuat hingga mereka beroposisi sejak sebelum berdirinya republik bahkan setelah proklamasi," kata Fahri Hamzah seusai acara penganugerahan di Donggo, Selasa.
Mereka juga, kata Fahri, menjadi oposisi bagi pihak kesultanan yang dahulu berkuasa sebelum proklamasi.
"Karena kuat karakter itu lah, kami (Donggo) ditinggalkan kesannya," katanya sekaligus memberikan ceramah "Sosialisasi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika,"
Oleh karena itu, Fahri pun mengusulkan dibangun monumen koreksi masyarakat atau monumen oposisi di daerah itu. Arti oposisi ini adalah berani memberikan kritik kepada penguasa namun bukan demi pribadi melainkan kepentingan bersama.
Melalui monumen itu diharapkan anak-anak muda gemar melakukan "amar maruf nahi munkar. "Artinya beroposisi yang positif," tegas Fahri.
Dari yang kisah masyarakat Donggo itu, Fahri menegaskan bahwa tradisi kritik itu sudah ada sebelum terbentuknya kesultanan atau kerajaan. "Mereka punya tradisi kritik," katanya.
"Jangan menganggap mengrikitik punya niat buruk melainkan mengkritik adalah untuk meluruskan kebenaran. Tradisi yang benar, kritik diperlukan pemerintahan ketimbang pujian," katanya.
Pada 1972 atau semasa rezim Orde Baru, pernah terjadi peristiwa besar huru hara di Donggo yang menuntut keadilan untuk daerah tersebut kepada Pemerintah Kabupaten Bima yang dipimpin oleh Letkol Soharmaji hingga memaksa aparat TNI turun tangan.
Peristiwa 22 Juni 2018 itu merupakan puncak dari kekecewaan dari masyarakat daerah ini yang tidak juga mendapat perhatian lebih.
"Pada 1969 dan 1908 juga masyarakat pernah melakukan aksi serupa," kata pimpinan masyarakat Adat Donggo, Arifin J Anat.
Baca juga: Fahri dorong Amien Rais maju jadi Capres
Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018