Jakarta (ANTARA News) - eSports di Indonesia menjadi cabang olahraga yang diperhitungkan, tahun ini eSports menjadi olahraga eksibisi di gelaran Asian Games 2018.
"Bedakan eSports dengan main gim. Kalau main gim,untuk hiburan, nggak ada tujuan. eSports ini bagian dari olahraga, jadi, banyak yang harus dicapai," kata Ketua Umum Asosiasi eSports Indonesia, Eddy Lim, saat acara diskusi jelang Asian Games bersama NVIDIA di Jakarta, Selasa.
Para atlet eSports membutuhkan cara pikir yang menggunakan banyak logika, Eddy menggambarkan seperti saat memecahkan soal matematika. Maka itu dia menyarankan orang-orang yang ingin menjadi atlet eSports untuk memiliki pengetahuan logika yang baik.
Di samping kemampuan logika, peraturan tidak tertulis lainnya bagi para atlet eSports adalah menguasai teknologi karena gim tidak pernah lepas dari perkembangan teknologi.
Eddy mengingatkan dunia eSports sangat kompetitif, tidak semua orang bisa menjadi juara sehingga para pemain pun harus mempersiapkan diri mereka untuk memiliki kemampuan diluar kompetisi, salah satunya dengan pengetahuan tentang teknologi yang baik.
“Kalau tidak jadi atlet, dia punya pengetahuan tentang teknologi, misalnya membuat startup,” kata Eddy.
Eddy menekankan atlet eSports harus bersekolah, salah satunya untuk mengasah kemampuan logika. Dia mengaku pernah mendapat pertanyaan dari orang tua yang ingin anaknya berhenti sekolah agar dapat fokus menjadi atlet eSports.
“Kenapa harus berhenti? Harus persiapkan diri untuk kehidupan selanjutnya, jadi, harus tetap sekolah,” kata Eddy.
Pemain eSports umumnya menggeluti dunia tersebut sejak usia belasan tahun, masa kejayaan mereka sekitar usia 17 hingga 25 tahun. Eddy mencontohkan biasanya di usia 27 tahun, masa keemasan atlet eSports menurun.
Baca juga: Berkenalan dengan cabang olahraga baru Esports
Baca juga: Telkom gelar "IndiHome eSports League"
Baca juga: Mobile Legends ingin terlibat di kurikulum eSport
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018