Surabaya (ANTARA News) - Mantan atlet nasional tunanetra yang mengharumkan nama Indonesia di sejumlah kejuaraan dunia, Soeharto, mengharapkan Presiden RI Joko Widodo lebih memperhatikan masa tua para atlet, terutama para penyandang disabilitas.

"Saya hanya ingin Presiden memperhatikan masa tua atlet, apalagi seperti saya ini yang seorang tunanetra," ujarnya ketika ditemui di kediamannya di kawasan Putat Jaya Surabaya, Selasa.

Soeharto yang kini berusia 68 tahun itu adalah atlet cabang olahraga atletik berbagai jenis, seperti lari, lompat hingga lempar, baik lempar lembing maupun tolak peluru.

Meski memiliki keterbatasan karena tunanetra, prestasinya berkelas dunia, antara lain pada tahun 1976 di ajang Far East and South Games for Disabled (Fespic) Games yang merupakan pendahulu dari Asia Para Games atau ajang olahraga khusus menyandang disabilitas, meraih emas nomor lari 100 meter.

Setahun berikutnya, di ajang sama di Australia, ia meraih medali emas cabang olahraga lempar lembing dan perunggu di penthatlon yang memperlombakan lima cabang olahraga, yaitu lari, renang, lempar lembing, lompat jauh dan tolak peluru.

Tidak itu saja, pada tahun 1981 ia mewakili Indonesia dalam olahraga booth di kota Leicester, Inggris, dan meraih juara harapan sekaligus mendapat kesempatan bertemu Ratu Elizaberth II.

Berbagai prestasi yang dicapainya mengantar Soeharto diundang ke Istana Presiden dan bertemu Presiden Soeharto untuk menerima penghargaan bagi para atlet disabilitas yang mengharumkan nama Indonesia.

Soeharto tinggal bersama sang istri di kediaman peninggalan (warisan) orang tua. Namun, istrinya yang berusia 76 tahun itu sedang menjalani perawatan di rumah sakit.

"Istri saya sebelumnya dirawat di rumah karena tidak punya biaya untuk rumah sakit, tapi oleh Pemkot Surabaya dibantu dan syukurlah sekarang sudah di RSUD dr Soewandhie," ucapnya.

Untuk menyambung hidup sehari-hari, Soeharto yang dulunya sempat tinggal di Probolinggo, kini membuka jasa pijat tradisional tunanetra dengan berbekal ilmu yang didapatkan sebelumnya.

"Salam saya ke Pak Jokowi. Kalau bisa, jangan hanya atlet bukan penyandang disabilitas yang diperhatikan masa tuanya, tapi seperti kami ini. Kami ingin mendapat pensiun atau apapun untuk kesejahteraan masa tua," katanya.

24.07.2018 Di tengah kegelapan akibat kedua matanya yang sudah tak bisa lagi melihat, Saya memeluknya erat, keluarkan senyum dan gelak tawa dari tubuh tuanya. . Beliau adalah Mbah Soeharto, mantan atlet atletik kebanggaan kita yang menyumbang medali perunggu SEA Games 1976. Beliau juga peraih perak nomor lempar lembing pada Kejuaraan Dunia 1981 di Inggris. Atas semua prestasinya itu, beliau pernah memperoleh tanda bintang kehormatan Presiden RI pada 1986. . Kini, yang dibutuhkan Mbah Soeharto adalah dorongan semangat, motivasi agar terus kuat menghadapi kehidupan. Beliau hidup tanpa anak cucu, hanya didampingi sehari-hari oleh istri tercinta, yang hanya dapat berbaring lemah, karena tumor pada bagian otak yang membuat kondisinya terus memburuk . Mbah Soeharto hanya ingin istrinya dirawat di RS dan itu telah dilakukan Pemkot Sby, juga ada orang-orang yang bisa merawatnya dan itu juga sdh ada skrg dari relawan dan kelurahan. Tetangganya berdatangan untuk memberinya makan, ada donatur yang memberi sembako dan bayar tagihan listrik dan Dinas Sosial sendiri sudah bekerja memperhatikan makannya setiap hari. . Hari ini saya datang menjenguk Mbah Soeharto dan berharap apresiasi yang diberikan mampu mengetuk lebih banyak hati orang-orang baik untuk membantu menyalakan semangat Mbah Soeharto. . Negara akan hadir dan terus HADIR untuk para pahlawan bangsa yang telah berjuang mengharumkan nama bangsa di dunia.-IN #pahlawanolahraga #ayoindonesia

A post shared by Imam Nahrawi (@nahrawi_imam) on


Baca juga: 95 bus disabilitas dukung Asian Para Games

Baca juga: Kemenpora tegaskan hak bonus atlet disabilitas sama

Baca juga: INAPGOC pastikan lift tersedia sebelum Asian Games

Baca juga: Menpora minta perusak arena pertandingan ditindak tegas

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018