Rudiantara mengatakan bahwa pemerintah saat ini bukan hanya bertindak sebagai regulator dalam mendorong tercapainya target revolusi industri 4.0, namun juga sebagai fasilitator dan akselerator terhadap dunia usaha di dalam negeri.
"Pada saat memasuki era baru industri 4.0, maka konektivitas menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan. Tugas saya untuk memastikan konektivitas itu ada," kata Rudiantara, pada Innofest ID 2018, dengan tema besar Building Innovation Ecosystem For Making Indonesia 4.0, di Jakarta, Selasa.
Rudiantara mengatakan, mereka ingin melihat perkembangan sektor industri yang ada di Indonesia karena Kementerian Komunikasi dan Informatika juga perlu mempersiapkan kebijakan-kebijakan yang selaras dan mendukung terlaksananya industri 4.0 di Indonesia.
"Jika konektivitas tidak ada, maka industri 4.0 juga tidak ada. Kami dari Kominfo perlu mengetahui ke mana arah industri, sehingga kami bisa mempersiapkan kebijakan yang sejalan," kata Rudiantara.
Pemerintah menargetkan Indonesia untuk masuk dalam jajaran sepuluh negara dengan perekonomian terbesar pada 2030. Hal tersebut sesuai dengan aspirasi nasional yang terdapat pada peta jalan "Making Indonesia 4.0", yang nantinya akan merombak alur produksi industri konvensional dengan cara yang tidak biasa.
Kementerian Perindustrian akan berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, serta pelaku industri untuk melaksanakan bersama program strategis ini sesuai tugas dan fungsi masing-masing dengan tujuan untuk kesuksesan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Tercatat, ada lima teknologi utama yang menjadi penopang implementasi industiri 4.0, yakni Internet of Things, Artificial Intelligence, Human Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.
Implementasi industri 4.0 di Indonesia diyakini bisa membawa pertumbuhan ekonomi nasional secara inklusif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dimana pada era ekonomi digital juga menyasar pada sektor UMKM.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018