Jakarta (ANTARA News) - Panitia Kerja (Panja) A Panitia Anggaran DPR RI menyatakan, berdasarkan pembahasan dengan pemerintah, defisit anggaran pada APBNP 2007 disepakati 1,54 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) setara dengan Rp58,285 triliun. Ketua Panja A yang membahas masalah Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan, Suharso Monoarfa, dalam Rapat Kerja dengan Departemen Keuangan (Depkeu) dan Bank Indonesia (BI) mengatakan, ada selisih Rp17,772 triliun dengan RAPBNP Rp61,950 triliun dan Rp17,772 triliun dengan APBN 2007 Rp40,512 triliun. Dalam kesepakatan yang dibacakan oleh Suharso tersebut pembiayaan dalam negeri tercatat Rp70,825 triliun sedangkan pembiayaan luar negeri netto adalah minus Rp12,54 triliun. "Penerbitan SBN netto dikurangi Rp3,734 triliun menjadi Rp58,546 triliun," katanya. Dalam kesempatan itu Suharso juga menyatakan beberapa asumsi dasar hasil kepsepakatan yang akan digunakan dalam APBN-P 2007. Dalam pernyataannya asumsi APBNP 2007, pertumbuhan ekonomi 6,3 persen, inflasi 6 persen, kurs Rp9.050 per dalar AS, suku bunga SBI 3 bulan 8 persen, harga minyak mentah 60 dolar AS per barel, lifting minyak 950 ribu barel per hari Sedangkan untuk PDB ditetapkan Rp3.761,412 triliun meski usulan pemerintah Rp3.804,154 triliun. Hal ini, menurut dia karena perubahan asumsi nilai tukar dari usulan awal APBNP 2007 Rp9.100 per dolar AS menjadi Rp9.050. Ia juga menyatakan, kinerja ekonomi Indonesia diperkirakan terus menguat selama 2007 terutama didukung oleh faktor eksternal dan faktor internal. Untuk pertumbuhan ekonomi 6,3 persen, menurut dia diperkirakan akan didukung oleh pertumbuhan investasi, ekspor nonmigas dan konsumsi masyarakat serta kinerja perekonomian global yang masih relatif cukup kuat. DPR, menurut dia juga mengharapkan kualitas pertumbuhan ekonomi sebagaimana tersebut sekurang-kurangya menciptakan lapangan kerja 10,7 juta dan kontribusi PDB sektor pertanian 3,0 - 3,3 persen serta target pertumbuhan industri pengolahan non migas 8,5 persen. Ia melanjutkan, target inflasi ditetapkan 6,0 persen lebih rendah daripada APBN 2007 6,5 persen terutama didorong oleh ekpektasi inflasi yang tetap terjaga, dan minimalnya dampak inflasi daribarang-barang yang harganya dikendalikan pemerintah. Sedangkan, nilai tukar rupiah Rp9.050 per dolar AS, menurut dia akan ditopang oleh membaiknya sektor fundamenetal seperti meningkatnya cadangan devisa, imbal hasil rupiah yang tetap menarik serta faktor resiko yang tetap terjaga. Ia mengatakan, suku bunga SBI tiga bulan yang ditetapkan 8,0 persen karena penurunan BI Rate yang terkait dengan terkendalinya laju inflasi dan nilai tukar rupiah yang cenderung menguat dengan tingkat volatilitas yang terkendali. Harga minyak katanya, ditetapkan 60 dolar per barel mengingat permintaan yang lebih besar serta dipicu sentimen negatif dari ketegangan politik di Timteng, isu nuklir Iran dan Korut. Ia menambahkan penetapan Lifting 950 ribu barel per hari karena tingginya natural declining rate (tingkat penurunan produksi alami) sumur-sumur minyak di Indonesia dan belum optimalnya produksi dari sumur-sumur baru seperti Blok Cepu dan Lapangan Jeruk. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007