Cirebon (ANTARA News) - Kereta Api Argo Muria jurusan Jakarta-Semarang, Senin, sekitar pukul 10.20 WIB, menabrak mobil Panther Boks di perlintasan jalur kereta tanpa pintu penutup di Desa Getrok Moyan, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, tepatnya pada rel kereta api di kilometer 202. Kendaraan Panther sempat terseret di depan lokomotif sepanjang 412 meter dari titik tabrakan sebelum akhirnya lokomotif berhenti karena tersangkut bangkai kendaraan, dan dua penumpang masih terperangkap di dalam kendaraan saat warga berdatangan memberikan pertolongan. Kedua awak kendaraan itu Dedi Suryadi (29), supir, warga Dusun 1 Desa Karang Mekar, Karangsuwung, Cirebon dan temannya, Anton Wartono (28), warga Dusun V, Desa Karang Mekar, walaupun sudah tak sadarkan diri dan tergencet badan kabin, masih tampak bernafas saat ditemukan warga. Dengan peralatan linggis, sejumlah warga membongkar kabin kendaraan yang sudah penyok dan mengevakuasi ke pinggir rel kereta, namun tak berapa lama, Anton alias Tono kemudian meninggal, sementara Dedi saat ini masih tak dasarkan diri di Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon. Menurut Sarwan (62), penduduk setempat, kendaraan melaju dari Desa Kalimeyang menuju Desa Getrok Moyan, melalui perlintasan tanpa melihat adanya kereta dari arah Jakarta, sehingga persis kendaraan di tengah rel lokomotif langsung menabarak dan menyeret sampai 400 meter lebih. "Suara tabrakan seperti ban truk pecah. Saat saya datang ke lokasi, dua orang itu masih bernafas, tetapi setelah dibawa ke luar kendaraan ternyata satu orang kemudian meninggal," katanya. Kereta Argo Muria tertahan `cukup lama` karena bangkai kendaraan persis tersangkut di depan lokomotif, sementara kendaraan derek tidak bisa masuk karena lokomotif terhenti di tengah sawah yang tidak mempunyai akses masuk untuk kendaraan roda empat. Akhirnya penduduk dengan bantuan linggis dan godam, membongkar satu persatu bagian Panther warna biru tua itu. Baru satu jam kemudian kendaraan terbongkar berkeping-keping dan Argo Lawu melanjutkan perjalanan sekitar pukul 11.58 WIB. Akibat kejadian itu, dua rangkaian kereta harus menunggu sekitar satu jam yaitu Fajar Utama Semarang tujuan Jakarta menunggu di Stasiun Losari, dan Kereta Fajar Utama Semarang tujuan Semarang yang menunggu di Stasiun Waru Duwur. Puluhan anak-anak juga beramai-ramai mengambil muatan Panther nahas itu berupa jamu asam urat dan jamu pegel linu yang berserakan di sepanjang rel kereta api. Sementara sebagian besar penumpang kereta tetap berada di gerbong kereta, dan menyaksikan aksi anak-anak berebut mengambil jamu yang berserakan.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007