Lebak (ANTARA News) - Masyarakat Kabupaten Lebak diminta stop buang air besar (BAB) sembarangan guna mendukung program Lebak Sehat yang digulirkan pemerintah daerah setempat.
"Ayo, kita BAB di jamban sehat untuk lingkungan bersih dan sehat," kata Camat Rangkasbitung Kabupaten Lebak Yadi Basari Gunawan di Lebak, Senin.
Selama ini, warga masih banyak ditemukan BAB sembarangan sehingga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit dan mencamari lingkungan.
Mereka kebanyakan BAB sembarangan itu di bantaran aliran sungai, selokan, drainase, rawa dan kebun.
Perilaku buruk seperti itu tentu berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat di daerah itu.
Karena itu, pihaknya terus mengoptimalkan sosialisasi kepada masyarakat agar menghentikan kegiatan BAB sembarangan.
Kegiatan sosialisasi juga dilakukan melalui rapat antarkepala desa dan kelurahan se-Rangkasbitung.
Disamping itu juga memasang spanduk di sejumlah tempat agar masyarakat menghentikan BAB sembarangan.
Apalagi, BAB di bantaran Sungai Ciujung dapat mencemari lingkungan, terlebih saat ini debit air menurun akibat musim kemarau.
"Kami yakin BAB di sungai maupun tempat lainnya bisa menimbulkan kandungan bakteri E-coli, dan bisa menyerang penyakit diare," ujarnya.
Lurah MC Rangkasbitung Barat Ahmad Rifai mengatakan saat ini masih ditemukan masyarakat BAB di sepanjang bantaran sungai karena sudah menjadikan kebiasaan buruk warga setempat.
Selama ini, kesadaran mereka cukup rendah untuk membudayakan hidup bersih dan sehat.
"Kami bekerja keras mensosialisasikan agar kesadaran warga meningkat dengan menyetop BAB di sepanjang sungai maupun kebun," katanya.
Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Firman Rahmatullah mengatakan saat ini jumlah penderita diare meningkat akibat banyak warga BAB sembarangan.
Meskipun penderita diare hingga mencapai ribuan orang, namun tidak ditemukan korban meninggal dunia.
"Kami berharap peran serta masyarakat bangkit untuk meningkatkan sanitasi yang baik dan meninggalkan perilaku BAB di sembarangan tempat," katanya.
Pewarta: Mansyur
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018