Sorong, Papua Barat (ANTARA News) - Sejak pagi, suasana lobi hingga restoran satu-satunya hotel bintang empat di Kota Sorong sudah ramai oleh wajah-wajah tamu asing. Mereka adalah 22 duta besar, tiga perwakilan organisasi PBB dan sekitar 12 konselor atau staf dari kedutaan besar negara-negara sahabat.

Kegiatan menjelajah sebagian Kepulauan Raja Ampat menjadi agenda terakhir dari kegiatan "Tur Diplomatik 2018" yang mereka lakukan bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) di Sorong, Papua Barat, sejak Kamis (18/7) hingga Minggu (22/7).

Sebelumnya mereka sempat mengikuti dialog dengan Dewan Adat Papua dan mengunjungi SD Inpres 109 Perumnas dan SMP Negeri 1 Kota Sorong dan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Kota Sorong untuk mengetahui kemajuan upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di wilayah timur Indonesia.

Dengan kapal berkapasitas lebih dari 200 penumpang bernama Kumawa Nefulus para duta besar dan konselor bersama Menteri PPPA Yohana dan staf dari jajaran Kementeriannya, staf protokoler Kementerian Luar Negeri, pejabat Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemko PMK) pada Sabtu (21/7), berlayar meninggalkan dermaga di Kota Sorong menyusuri Selat Dampir untuk menuju Piaynemo di Kepulauan Fam dan Desa Sauwandarek di Pulau Mansuar, Kabupaten Raja Ampat.

Kapal Kumawa Nefulus memulai berlayar belakangan, sementara kapal lebih kecil yang ditumpangi rombongan wartawan mulai bergerak terlebih dulu sekitar pukul 06.30 WIT dari dermaga yang sama.

Dengan kecepatan sekitar 24 knot per jam dalam waktu 45 menit berlayar, kapal cepat yang ditumpangi wartawan sudah dapat melihat ujung timur Pulau Batanta. Salah satu pulau terbesar di Kepulauan Raja Ampat yang memiliki air terjun setinggi 10 meter bernama Air Terjun Batanta.

Sekumpulan lumba-lumba sempat terlihat melintasi kapal saat berada di sekitar Pulau Batanta. Selebihnya hanya ikan terbang dan beberapa burung yang menukik ke laut menangkap ikan. Sempat terlihat dua botol plastik bekas kemasan air mineral mengapung di permukaan laut dalam perjalanan Sorong menuju Piaynemo.

Setelah sekitar tiga jam perjalanan kapal bersandar di jetty kayu yang sudah lapuk nyaris rubuh di Desa Sauwandarek untuk pindah ke kapal cepat lainnya dengan ukuran sedikit lebih besar, sebelum akhirnya tiba di Piaynemo sekitar 45 menit berikutnya.

Sementara kapal Kumawa Nefulus yang membawa Menteri Yohana dan para duta besar baru mencapai Kepulauan Fam sekitar 30 menit setelah rombongan wartawan dan beberapa staf KPPPA tiba di Piaynemo.

Baca juga: Ini daya tarik wisatawan asing datang di Waigeo Raja Ampat
Baca juga: Masyarakat Raja Ampat dikejutkan penemuan ikan aneh
Baca juga: Ada dua Cendrawasih endemik Raja Ampat


Berfoto di Piaynemo

Piaynemo merupakan hamparan karst dengan permukaan tajam dan ditutupi hutan cukup rindang di beberapa bagiannya.

Setelah Presiden Joko Widodo berkunjung dan gugusan pulau karst di sana dijadikan gambar di uang kertas Rp100.000, lokasi yang memiliki pemandangan menawan yang kerap disebut sebagai Wajag Kecil ini semakin ramai dikunjungi wisatawan.

Untuk bisa melihat pemandangan tersebut pengunjung harus berolahraga terlebih dulu dengan menaiki ratusan anak tangga. Bagi mereka yang terbiasa melakukan aktivitas luar ruang atau petualangan di alam bebas tentu jumlah anak tangga tersebut bukanlah apa-apa. Namun bagi mereka yang jarang melakukan aktivitas tersebut harus bersiap-siap mengucurkan banyak keringat.

Tidak perlu terburu-buru untuk segera menuju puncak, karena bagian yang juga menyenangkan untuk dinikmati justru saat menaiki anak tangga yang ditutupi pepohonan rindang. Bagi mereka yang berasal dari kota-kota besar dengan polusi udara yang tinggi seperti Jakarta dengan konsentrasi PM 2,5 pada malam hari rata-rata 61 mikrogram/m3 dan pada siang hari rata-rata 48,7 mikrogram/m3, tentu ini saat yang pas memasukkan udara bersih ke paru-paru.

Sesampai di puncak Piaynemo tampak wajah-wajah puas para duta besar dan perwakilan kedutaan besar yang mengikuti kegiatan ini. Mereka segera berfoto namun beberapa memilih untuk duduk terlebih dulu untuk melepas lelah.

Duta Besar Kazakhstan untuk Indonesia Askhat Orazbay yang tampak tidak pernah lelah segera memilih berfoto dengan latar belakang panorama indah gugusan pulau-pulau karst yang sebagian berwarna hijau tertutup pepohonan menyembul dari birunya air laut.

"Tolong foto saya," kata Orazbay sambil menyodorkan telepon pintarnya ke wartawan yang kebetulan berada tidak jauh darinya.

Sedangkan Duta Besar Republik Fiji untuk Indonesia Selema B Veisamasama memilih untuk rehat sejenak di bangku panjang di bawah tulisan besar View of Piaynemo. Dirinya segera bergabung berfoto bersama dengan duta besar lainnya setelah sekitar lima menit berteduh di bawah spanduk bertuliskan Exhibition of Women Empowerment in Papua Land 2018.

Sementara Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Vegard Kaale yang mengenakan topi lebar dan "daypack" sama sekali tampak tidak kelelahan setelah menapaki ratusan anak tangga. Ia menikmati 10 menit waktu yang diberikan panitia dengan melihat pemandangan saja. Sebelumnya ia mengaku hampir tidak percaya jika lokasi seindah gugusan karst seperti Piaynemo ini baru-baru ini saja diketahui dan dikunjungi banyak orang.

Ia menilai positif keputusan Gubernur Papua Barat untuk menjadikan wilayah yang baru dimekarkan dari Provinsi Irian Jaya menjadi Irian Jaya Barat di 1999 dan berubah nama menjadi Papua Barat pada 2007 ini sebagai provinsi konservasi. Sehingga keberlanjutan hutan dan perairan di provinsi tersebut benar-benar terjaga.

Pemandangan dari Puncak Wayag Raja Ampat (ANTARA)


Berenang di Sauwanderek

Lokasi terakhir yang dikunjungi adalah desa pesisir bernama Sauwandarek yang berpenduduk sekitar 179 jiwa dengan mata pencarian utama warganya menangkap ikan. Sementara mama-mama di sana biasanya membuat anyaman topi dan noken (tas) dari bahan pandan laut.

Terumbu karang di lokasi ini luar biasa cantik terlihat jelas dari permukaan air laut yang jernih. Meski semakin mendekati pantai kondisinya terlihat rusak.

Ikan-ikan karang segera berkerumun saat makanan dilemparkan ke laut. Ini membuat beberapa duta besar dan perwakilan dari kedutaan negara sahabat asyik melihat ikan-ikan tersebut.

Hanya sebagian duta besar yang memilih snorkeling karena hanya disediakan 30 pasang fin dan masker. Sisanya seperti Duta Besar Norwegia dan Duta Besar Republik Fiji memilih berenang di tepian sambil merasakan hangatnya air dan pasir putih yang lembut sore itu.

Di antara mereka ada yang terlihat sibuk mengumpulkan cangkang kerang dan karang mati di tepi pantai untuk dibawa pulang sebagai cendera mata.

Aktivitas air akhirnya berhenti pada pukul 16.30 WIT, saat kulit-kulit para duta besar sudah mulai berubah warna menjadi gelap atau justru merah karena terbakar. Namun demikian beberapa merasa belum puas dan enggan meninggalkan Raja Ampat dan berjanji untuk kembali lagi, salah satunya dari perwakilan Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN, Baek Hyung-Min.


Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018