"Meski terdapat sejumlah sentimen yang dinilai positif namun, secara riilnya tidak banyak berpengaruh pada pergerakan Rupiah," kata analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Setelah terjadi perang dagang, lanjut Reza, kali ini muncul perang mata uang terutama Dolar AS dan Yuan dengan Bank Sentral Tiongkok akan melemahkan mata uangnya untuk membantu ekspor Tiongkok sebagai antisipasi imbas perang dagang dengan AS.
"Dikhawatirkan mata uang Rupiah akan terhimpit sehingga sulit untuk merespon berita positif dari dalam negeri," ujar Reza.
Rupiah sendiri diprediksi akan bergerak di kisaran Rp14.548 per dolar AS hingga Rtp14.469 per dolar AS.
Sebelumnya, laju Rupiah sempat menyentuh level Rp 14.500-an di akhir perdagangan akhir pekan. Masih cenderung menguatnya Dolar AS seiring optimisme The Fed terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok membuat pergerakan Rupiah cenderung melemah.
Bahkan sentimen dari dalam negeri dimana Bank Indonesia masih mempertahankan level suku bunganya tampaknya tidak dihiraukan Rupiah. Tidak hanya itu, sejumlah sentimen yang diyakini positif juga tidak membantu Rupiah untuk bergerak positif.
Bank Indonesia berencana menerbitkan Indonia, suatu instrumen baru di pasar uang yang diharapkan dapat memberikan acuan penentuan bunga transaksi perbankan di pasar.
Lalu, Bank Indonesia juga berencana menerbitkan kembali Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bertenor 9 dan 12 bulan yang dinilai lebih likuid.
Tidak hanya itu, dari sisi pemerintah juga terus mengawasi percepatan pelaksanaan mandatori biodiesel untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan.
Senada dengan Rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin dibuka menguat sebesar 13,73 poin atau?0,23 persen ke posisi?5.886,52.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak naik 3,48 poin (0,38 persen) menjadi 928,65.
Baca juga: Rupiah Jumat pagi Rp14.477 per dolar
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018