Baghdad (ANTARA News) - Pasukan AS menewaskan otak dari dua serangan terhadap satu tempat suci Syiah yang menjadi inti konflik sengit antar-pengikut aliran di Irak selama penindasan terhadap kelompok yang berhubungan dengan Al-Qaeda, demikian keterangan militer Ahad. Haitham Al-Badri, yang dikaitkan oleh militer AS dengan serangkaian pemboman mematikan dan digambarkan sebagai "Amir" jaringan ekstrem di provinsi Salaheddin, tewas dalam serangan udara di sebelah timur kota Samarra di bagian utara negeri itu, Kamis lalu. Dukungan udara dikerahkan setelah tim pengintai menemukan sekelompok petempur yang tampaknya "sedang mempersiapkan penyergapan", kata jurubicara militer AS, Laksamana Muda Mark Fox, pada suatu taklimat di Baghdad. Serangan helikopter menewaskan Al-Badri, yang diidentifikasi secara seksama oleh rekan dekat dan anggota keluarganya, kata jurubicara tersebut, seperti dilaporkan AFP. Fox mengatakan Al-Badri "dipercaya sebagai otak" di balik serangan Februari 2006 terhadap Masjis Al-Askari di Samarra, peristiwa yang dipandang banyak pihak sebagai pemicu pergolakan antar-aliran agama, dan serangan lain pada 13 Juni yang merusak dua menaranya. Tempat ibadah itu rusak parah dalam pemboman pertama, sehingga kubah emasnya jatuh. Tempat tersebut diserang lagi pada 13 Juni tahun ini, dalam ledakan bom lanjutan yang merontokkan dua menaranya. Serangan pertama menyulut aksi pembalasan oleh pengikut Syiah sehingga mengakibatkan aksi saling balas-dendam sengit antar-aliran agama yang pada akhirnya mengakibatkan bentrokan antar-masyarakat yang melumpuhkan Irak dan merenggut puluhan ribu jiwa. Fox menyatakan Al-Badri juga terlibat dalam serangan bom di kota Kirkuk, Irak utara, Juni 2006 sehingga menewaskan 20 orang Irak dan satu serangan terhadap pos pemeriksaan Angkatan Darat Irak dua bulan kemudian. Sebanyak 29 personil keamanan setempat tewas dalam peristiwa tersebut. Pemerintah Irak juga menuduh Al-Badri telah menewaskan seorang wartawan televisi Irak, Atwar Bahjat, yang bekerja untuk jaringan televisi Al-Arabiya di Dubai, Uni Emirat Arab, setelah perempuan wartawan itu pergi ke Samarra untuk meliput pemboman tempat suci pada Februari. Wartawati tersebut diculik dan dibunuh bersama jurukamera dan serta pengatur suaranya. Al-Badri diduga memiliki hubungan dengan rejim pimpinan presiden terguling Saddam Hussein, yang dijatuhkan setelah serbuan pimpinan AS 2003. Ia bergabung dengan Ansar As-Sunna, kelompok garis keras Sunni, dan akhirnya dengan Al-Qaeda. Al-Badri tewas selama aksi pembersihan pasukan Irak dukungan-AS di Samarra. Aksi itu dilancarkan pekan lalu guna mengusir sekutu Al-Qaeda dari kota tersebut --tempat kelompok itu dituduh melancarkan dua serangan terhadap tempat suci Syiah. Lebih dari 80 tersangka ditangkap selama operasi tersebut, yang dilancarkan oleh lebih dari 1.000 prajurit dengan dukungan paramiliter AS sejak Selasa lalu. Kerusuhan berlanjut Namun di Baghdad, kerusuhan berlanjut saat jam sibuk Ahad pagi, ketika beberapa bom mortir menghantam mobil yang sedang berbaris di stasiun pompa bensin, sehingga menewaskan 11 warga sipil dan melukai lebih dari selusin orang lagi, kata beberapa petugas medis dan pejabat keamanan. Dalam kekacauan setelah serangan itu, satu bom mortir lagi menghantam satu rumah di dekat lokasi serangan pertama di wilayah Al-Fudaylia di bagian timur ibukota Irak. Semua korban dibawa ke sedikitnya tiga rumah sakit, tempat petugas medis di dua unit mengkonfirmasi 11 orang tewas dan 16 orang lagi cedera. Antrian panjang seringkali terlihat di luar stasiun pompa bensin di Irak, yang telah mengalami kekurangan bahan bakar sejak serbuan pimpinan AS menggulingkan rejim Saddam Hussein pada 2003 dan tempat harga bensin telah meroket. (*)
Copyright © ANTARA 2007