Jakarta (ANTARA) - Kurs rupiah, Senin pagi, melemah hingga kembali di atas angka Rp9.300 per dolar AS, karena pelaku pasar aktif memburu dolar AS. Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp9.330/9.345 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.273/9.277 atau melemah 57 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, mengatakan pelaku pasar lokal memburu dolar AS, mereka khawatir dengan pelaku asing secara perlahan-lahan mulai mengalihkan dananya di pasar domestik ketempat lain. Pelaku asing yang akan mengalihkan dananya itu khawatir Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) yang makin mempersempit perbedaan tingkat suku bunga lokal dan asing, katanya. Para pelaku asing, menurut dia mungkin merasa bahwa berbisnis di dalam negeri mulai berkurang, apabila BI jadi menurunkan tingkat bunga BI Rate, meski sejumlah analis meminta BI untuk menunda penurunan BI Rate. Namun keputusan itu tetap berada di tangan BI, kalau memang dirasakan tidak ada masalah, maka penurunan itu akan terjadi, ucapnya. BI kemungkinan akan mempertimbangkan penurunan BI Rate, karena masih ada ruang untuk menurunkan bunga BI pada bulan-bulan mendatang. Jadi masih ada waktu untuk menurunkan BI hingga pada akhir tahun ini bisa berada di bawah level 8 persen. Ia mengatakan, koreksi harga terhadap rupiah ini memang agak aneh, karena dolar AS di pasar global merosot terhadap yen, akibat kekhawatiran berlanjut krisis perumahan di Amerika Serikat yang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Akibat bursa Wall Street juga melemah yang menjalar ke pasar regional khususnya Indonesia sehingga rupiah terkoreksi cukup tajam. Dolar AS terhadap yen turun menjadi 117,43 atau melemah 0,5 persen, New Zealand melemah 0,8 persen menjadi 89,01 yen. "Kami optimis kondisi pasar seperti akan terus menekan rupiah melemah hingga mendekati level Rp9.400 per dolar AS," katanya. Menurut dia, BI kemungkinan akan kembali masuk pasar dan mengamati pergerakan rupiah yang melemah, karena tingkat mata uang lokal itu agak mengkhawatirkan. Apabila rupiah merosot menembus di atas level Rp9.450 per dolar AS dikhawatirkan pertumbuhan ekonomi agak melambat, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007