Presiden tidak bisa mengendalikan suku bunga. Dia bukan seorang raja. Jadi saya pikir reaksi Street terhadap itu adalah `overreaction` besar."
New York (ANTARA News) - Saham-saham di Wall Street sedikit lebih rendah pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena meningkatnya kekhawatiran perdagangan yang didorong oleh Amerika Serikat meredam laporan laba positif sejumlah emiten.
Ancaman tarif terbaru Presiden Donald Trump terhadap Tiongkok mengimbangi sejumlah laporan laba kuat emiten untuk kuartal kedua yang dipimpin oleh Microsoft, lapor Reuters.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 6,38 poin atau 0,03 persen, menjadi berakhir di 25.058,12 poin. Indeks S&P 500 turun 2,66 poin atau 0,09 persen, menjadi dtutup di 2.801,83 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir turun 5,10 poin atau 0,07 persen, menjadi 7.820,20 poin.
Indeks Dow Jones Industrial Average membukukan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut, sementara S&P 500 juga naik untuk yang ketiga minggu berturut-turut setelah bersusah payah meraih keuntungan untuk periode tersebut.
Saham Microsoft Corp mencapai rekor tertinggi dan mengakhiri sesi dengan kenaikan 1,8 persen ditopang laporan laba kuartal kedua yang kuat. Perusahaan mempersempit perlombaan dengan Apple Inc dan Amazon.com dalam lomba bernilai satu triliun dolar AS dalam nilai pasar.
Kemajuan Microsoft memberikan dukungan terbesar kepada S&P 500 dan Nasdaq.
Trump mengatakan dia siap untuk mengenakan tarif pada semua impor Tiongkok senilai 500 miliar dolar AS, salvo terbaru dalam serangkaian tindakan proteksionis yang telah mendorong langkah-langkah balas dendam dari mitra dagang AS di seluruh dunia.
"Saya pikir ada garis pemisah di Jalan," kata Robert Pavlik, kepala strategi investasi di SlateStone Wealth LLC di New York. "Satu pihak percaya bahwa (perselisihan perdagangan) hanya akan mengarah ke resesi global, di sisi lain percaya bahwa presiden sedang mencoba untuk mendapatkan negosiasi pihak lain."
Trump juga mengulangi kritiknya terhadap kenaikan suku bunga terencana oleh Federal Reserve, menulis di posting Twitter bahwa pengetatan kebijakan moneter AS akan mengurangi keuntungan perdagangan AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang naik karena kekhawatiran bahwa komentar presiden akan mendorong Ketua Fed Jerome Powell untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS, yang dapat meningkatkan tekanan inflasi.
"Presiden tidak bisa mengendalikan suku bunga. Dia bukan seorang raja. Jadi saya pikir reaksi Street terhadap itu adalah `overreaction` besar," kata Pavlik.
Saat musim pelaporan kuartal kedua mulai membaik, perkiraan para analis telah tumbuh lebih cerah. Laba untuk perusahaan-perusahaan S&P 500 sekarang diperkirakan tumbuh 22,0 persen di kuartal kedua, dibandingkan dengan 20,7 persen yang terlihat pada 1 Juli, menurut Thomson Reuters I/B/E/S.
Sejauh ini, 87 perusahaan dari S&P 500 telah melaporkan perolehan labanya, yang 83,9 persen di antaranya mengalahkan perkiraan konsensus.
Saham perusahaan manufaktur terdiversifikasi Honeywell International Inc naik 3,8 persen, setelah perolehan labanya mengalahkan ekspektasi dan perusahaan meningkatkan proyeksi labanya.
General Electric Co turun 4,4 persen, penurunan terbesar pada S&P 500, setelah konglomerat itu melaporkan penurunan laba kuartalan yang lebih kecil dari perkiraan, tetapi memangkas target arus kasnya.
Jumlah saham-saham turun melampaui yang naik di NYSE dengan rasio 1,12 banding 1; dan di Nasdaq dengan rasio 1,11 banding 1.
S&P 500 membukukan 21 tertinggi baru dan dua terendah baru dalam 52-minggu; Komposit Nasdaq mencatat 109 tertinggi baru dan 38 terendah baru.
Volume transaksi di bursa AS mencapai 6,00 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 6,42 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
(UU.A026)
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018