New York (ANTARA News) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pelemahan dolar AS dan ekspektasi ekspor minyak mentah Agustus yang lebih rendah dari Arab Saudi mendukung pasar, mengimbangi kekhawatiran tentang ketegangan perdagangan AS-Tiongkok dan kenaikan pasokan.

Minyak mentah AS menguat di akhir sesi karena indeks dolar AS merosot ke posisi terendah dalam empat hari, menyusul laporan bahwa Presiden AS Donald Trump khawatir Federal Reserve akan menaikkan suku bunga dua kali tahun ini, lapor Reuters.

"Dolar adalah tiket satu arah selama beberapa minggu terakhir dan pada dasarnya membalikkan arah, memberi kami beberapa dukungan kuat," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus yang berakhir waktunya naik 1,00 dolar AS menjadi 70,46 dolar AS per barel, sementara kontrak September yang lebih likuid naik 2,00 sen menjadi 68,26 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI mengakhiri pekan ini dengan penurunan hampir satu persen.

Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 0,49 dolar AS menjadi ditutup pada 73,07 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Brent turun 3,1 persen dalam seminggu.

Pengebor-pengebor AS minggu ini mengurangi lima rig minyak, paling banyak sejak Maret, menurut laporan Baker Hughes, dengan tingkat pertumbuhan melambat selama sebulan terakhir karena penurunan harga minyak mentah baru-baru ini.

Harga minyak juga mendapat dorongan setelah produsen minyak terbesar OPEC, Arab Saudi, mengatakan akan menurunkan ekspornya pada bulan depan (Agustus).

Ketegangan perdagangan terus membebani pasar, memberikan batas atas untuk setiap kenaikan, kata para pedagang. Trump mengatakan dalam wawancara CNBC dia siap untuk mengenakan tarif pada semua barang impor senilai 500 miliar dari Tiongkok.

Permintaan minyak yang lebih rendah di Amerika Serikat dan Tiongkok karena pelambatan ekonomi karena perselisihan perdagangan antara kedua negara kemungkinan akan membebani pasar, kata beberapa analis.

"Dampak pada pertumbuhan ekonomi dunia dari retribusi sebesar ini akan menjadi parah dan kemungkinan akan memiliki dampak negatif yang kuat pada pasar," kata Olaf van den Heuvel, kepala investasi di Aegon Asset Management.

Bank sentral Tiongkok, People`s Bank of China (PBoC), menurunkan titik tengahnya (kurs tengah) untuk yuan untuk hari perdagangan ketujuh berturut-turut, ke tingkat terendah dalam setahun.

Yuan kemudian mundur ke dekat level terendah 13 bulan, meskipun kemudian berbalik naik (rebound).

Tanda-tanda Rusia dan Arab Saudi meningkatkan produksi minyak, serta penambahan mengejutkan dalam stok minyak mentah AS pekan lalu, juga membebani harga, kata Tariq Zahir, analis di Tyche Capital Advisors.

"Anda memiliki pasokan kembali ke pasar, jadi tidak mengherankan melihat sedikit pelemahan," kata Zahir.

Para hedge fund dan manajer uang lainnya mengurangi posisi "bullish" minyak berjangka AS dan opsi mereka untuk pertama kalinya dalam waktu sekitar satu bulan dalam seminggu hingga 17 Juli, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi AS (CFTC) mengatakan.

Kelompok spekulator memotong posisi berjangka dan opsi gabungan mereka di New York dan London sebesar 34.067 kontrak menjadi 423.650 selama periode tersebut.

(UU.A026)

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018