Kedua komoditas tersebut telah swasembada bahkan bawang merah telah diekspor.
Dalam mencapai ketahanan pangan sinergi Direktorat Jendral komoditas melalui berbagai program, Badan Litbang Pertanian dengan inovasi teknologi melalui BPTP dan UPT lainnya, serta Badan PPSDMP melalui penyuluh, mutlak diperlukan.
Sinergi petugas dinas dan peneliti tentu akan menjadi kekuatan tangguh dalam mendukung ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan petani.
Di Lombok Barat yang merupakan sentra holtikultura di NTB, misalnya, banyak para penyuluh yang memiliki kreativitas dalam membina petani dengan memperkuat kelembagaan dan kompetensi petani. Penyuluh senior Pak Ramdan bersama penyuluh juniornya Pak Zul Jalal yang bertugas di Desa Kuranji Kecamatan Labuapi, dengan jeli melihat cabai dan bawang memiliki potensi meningkatkan pendapatan petani yang tinggi.
Namun sebagaimana hortikultura lainnya, harga komoditas tersebut dapat berfluktuasi. Karena itu, dengan berbagai cara Kementerian Pertanian berusaha agar harga dipantau agar tetap menguntungkan. Kita bisa lihat harga tetap menguntungkan petani dan terjangkau konsumen.
Kedua penyuluh tersebut memadukan kedua komoditas melalui tumpang sari sehingga menguntungkan petani. Tanaman ganda dengan harapan penghasilan ganda. Selain itu, tumpang sari juga mengurangi risiko karena jika salah satu komoditas harganya turun maka komoditas lainnya akan dapat mengurangi kerugian sehingga secara keseluruhan petani masih untung.
Pada tumpang sari cabai besar dan bawang merah ini, Pak Adimah menggunakan jarak tanam untuk tanaman bawang merahnya dengan jarak 10 cm x 15 cm, sementara cabai besar 50 cm x 80 cm, di tanam pada bulan Mei 2018, untuk bawang merah sudah dijual pada 26 bulan Juni langsung di lahan seluas 0.70 Ha dengan harga Rp79 juta.
Total pengeluaran untuk tanaman bawang merah itu sekitar Rp25 juta, sehingga ada selisih atau keuntungan Rp54 juta, sedangkan tanaman cabainya sedang panen. Untuk cabai hijau besar yang dipanen seharga Rp12.000 per kg dan cabai besar merah Rp20.000 per kg.
Dari luas tanam 0.70 Ha tanaman cabe diperkirakan 7,5 ton dengan hasil jualnya Rp90 juta.
Petani merasakan keuntungan dari hasil binaan penyuluh tersebut. "Saya senang dan berterima kasih kepada Pak Ramdan dan Pak Zul Jalal karena dengan tumpang sari ini pendapatan saya meningkat. Saya juga lebih tenang, karena risiko modal yang saya tanam menjadi berkurang atau tidak ada,'' ujar Pak Adimah.
Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Labuapi, Hj. Ida Wahyuni, SP., M.Si bangga dengan penyuluhnya. "Memang kami selalu sampaikan bahwa tugas penyuluh sangat mulia. Semua arahan dari pemerintah daerah dan pusat selalu kami jabarkan untuk dapat diterapkan oleh para penyuluh. Pernyataan didukung Ibrahim, SP. penyuluh provinsi yang bertugas membina penyuluh Kabupaten Lobar dan Kota Bima."
Tentu dukungan inovasi Badan Litbang Pertanian melalui UPT-nya sangat diperlukan. Dengan peningkatan kinerja penyuluh maka berbagai program pemerintah dalam ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan petani akan mudah terwujud.
Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018