Jakarta (ANTARA News) - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menilai Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 seharusnya menjadi ajang masing-masing kandidat menawarkan gagasannya bagi Indonesia kedepan, bukan hanya pertarungan figur yang mengemasnya dengan isu agama dan suku.
"Publik berharap ada program-program yang disampaikan ketika mereka menjadi pemimpin sehingga ada pertarungan gagasan," kata Enny dalam diskusi bertajuk "Mencari Pendamping Jokowi: Visi Ekonomi Cawapres 2019" di Jakarta, Jumat.
Dia mencontohkan ketika kontestasi Pilpres di Amerika Serikat saat pertarungan antara Hillary Clinton-Donald Trump, masyarakat Amerika sudah tahu arah kebijakan apabila salah satu capres tersebut menang.
Menurut dia, di Indonesia belum bisa seperti di AS karena masih fokus memilih figur karena pertarungan Pilpres hampir sama dengan Pilkada, masyarakat jangan sampai "membeli kucing dalam karung".
"Pilpres sama saja dengan Pilkada, namun cakupannya luas, jangan sampai memilih calon pemimpin yang tidak diketahui visi-misinya ketika memimpin," ujarnya.
Enny mengatakan posisi wapres kedepannya harus mampu dan diberikan kewenangan untuk koordinasi terutama mengatasi ketersumbatan ego-sektoral untuk menyelesaikan persoalan bangsa khususnya di bidang ekonomi.
Menurut dia, terkait figur cawapres yang sedang ramai diperbincangkan hanya sebatas kepentingan politis saja maka posisi wapres yang strategis kedepannya tidak bisa berjalan.
"Kalau hanya kepentingan politis saja maka kepentingan kita mencari figur cawapres yang mengerti dan menyelesaikan persoalan ekonomi tidak akan tercapai," ujarnya.
Enny mengatakan kondisi ril ekonomi Indonesia saat ini sangat memerlukan bagaimana pemerintahan baru membentuk zaken kabinet yaitu kabinet yang diisi oleh orang-orang ahli dan profesional.
Dia tidak mempermasalahkan dalam zaken kabinet tersebut ada orang dari partai politik, asalkan harus bisa melepas atribut kepartaiannya sehingga kerja-kerja pemerintahan berjalan maksimal.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018