Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini masih menyesuaikan diri dengan perkembangan global terkini.
"Segala sesuatu itu masih bisa naik dulu atau turun lagi, itu masih bergerak begitu," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Jumat.
Darmin menilai pergerakan rupiah saat ini belum menuju titik keseimbangan baru, karena seluruh mata uang dunia sedang bergerak menanggapi membaiknya data perekonomian di AS.
"Jadi jangan terlalu dianggap itu sudah keseimbangan baru. Mereka melangkah karena ada hubungannya dengan ucapan Gubernur The Fed," ujarnya.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, ditutup melemah sebesar 53 poin menjadi Rp14.495 dibandingkan posisi penutupan sebelumnya Rp14.442 per dolar AS.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto mengatakan faktor global lebih banyak berpengaruh pada pelemahan rupiah terhadap dolar AS tersebut.
"Memang indeks dari nilai dolar AS (USD index) menguat banyak," katanya.
Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama negara lain pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) karena data ekonomi yang keluar dari Negeri Paman Sam itu secara umum positif.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (19/7) dikutip kantor berita Xinhua China menunjukkan adanya klaim pengangguran mingguan AS yang turun ke tingkat terendah sejak 1969.
Mata uang dolar juga didukung oleh pernyataan terbaru dari Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell yang mengatakan bahwa ekonomi AS berada di titik puncak "beberapa tahun", di mana pasar kerja tetap kuat dan inflasi tetap di sekitar target The Fed sebesar 2,0 persen.
Baca juga: BI : kritik Trump ke Fed lemahkan rupiah
Baca juga: BI bantah pelemahan rupiah akibat bunga acuan tetap
Baca juga: Kurs rupiah jumat sore melemah Rp14.495/dolar AS
Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018