Jakarta (ANTARA News) - PT Angkasa Pura II (Persero) meminta akses khusus ruas jalan tol Kunciran-Cengkareng agar bisa dipotong untuk mempermudah arus kargo dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
"Kita berharap ada akses yang diberikan khusus. Sekarang kan ada jalan tol yang sedang dibangun, kita minta disodet sedikit untuk bisa masuk langsung ke akses itu," kata Head of Corporate Secretary and Legal PT Angkasa Pura II Agus Haryadi ditemui seusai rapat di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Jumat.
Agus menjelaskan pihaknya akan difasilitasi oleh Kementerian Perhubungan untuk mendiskusikan permintaan tersebut dengan anak usaha Jasa Marga, JKC (Jasa Marga Kunciran Cengkareng).
Ia menyebut sebesar 89 persen lahan telah dikuasai sehingga diyakini tidak akan ada masalah pembebasan lahan.
"Tinggal tambah 11 persen untuk menyambungkan ke jalan tol. Itu paling ideal, sehingga akses kendaraan tidak lagi masuk ke bandara tapi langsung lewat jalan itu," tuturnya.
Sementara itu, terminal kargo yang ada saat ini akan dihancurkan dan dipindahkan lantaran lahannya akan digunakan untuk pembangunan Terminal 4 Bandara Soekarno-Hatta.
"Kavling untuk Terminal 4 itu memang di situ. Tinggal sisa untuk Terminal 4 itu saja, kalau sudah kita pakai maka 1.800 hektare sudah terokupansi," katanya.
Perpindahan lahan terminal kargo disebut Agus akan memperluas kawasan "cargo village" yang telah direncanakan sejak 2016 lalu. AP II sendiri telah mulai membangun apron untuk kawasan kargo yang saat ini telah mencapai sekitar 60 persen penyelesaian.
Agus menjelaskan "cargo village" yang akan dikembangkan akan menggunakan model baru di mana terdapat tiga lini untuk mendukung kapasitas produksi kargo.
Model baru tersebut memungkinkan adanya gudang (warehouse) terintegrasi yang bisa mendorong pertumbuhan kargo.
"Produksi kargo kita sekarang ini sekitar 700 ribu ton per tahun. Ini masih jauh dari negara-negara lain seperti Jepang sehingga kita punya konsep ada bisnis yang kemudian akan mendukung itu," katanya.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018