New York (ANTARA News) - Patokan global minyak mentah Brent turun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah sempat menguat di awal sesi, karena kekhawatiran tentang meningkatnya pasokan kembali di tengah komentar bahwa ekspor Arab Saudi akan jatuh pada Agustus.
Harga minyak mentah jatuh dari tertinggi sesi yang dicapai setelah pernyataan Gubernur OPEC Arab Saudi Adeeb Al-Aama bahwa kerajaan memperkirakan ekspor minyak mentahnya turun sekitar 100.000 barel per hari pada Agustus karena produksinya melebihi batas.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman September turun 0,32 dolar AS menjadi ditutup pada 72,58 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Brent sebelumnya sempat mencapai tertinggi sesi di 73,79 dolar AS.
Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus menambahkan 0,70 dolar AS menjadi menetap di 69,46 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI sempat mencapai tertinggi 70,17 dolar AS pada awal sesi sebelum memangkas kembali kenaikannya.
Harga minyak mentah mundur kembali dari level tertinggi pada awal sesi karena para pedagang menguangkan keuntungan mereka, kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.
Harga, yang telah menguat di tengah berita rencana pemotongan ekspor Arab Saudi, turun karena fokus pasar kembali ke potensi kelebihan pasokan ketika Arab Saudi, Rusia dan produsen utama lainnya terus meningkatkan produksi.
Produsen OPEC dan non-OPEC memangkas produksi minyak pada Juni sebesar 20 persen lebih besar dari tingkat yang disetujui, dibandingkan dengan 47 persen pada Mei, dua sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada Rabu (18/7).
"Hanya karena Saudi mencoba untuk mengekang penurunannya, tidak mengubah fakta bahwa mereka meningkatkan produksi," kata Kilduff.
Komoditas-komoditas, di bawah tekanan dari dolar AS yang kuat dan gelombang baru ketegangan perdagangan yang memicu kekhawatiran kerusakan pada ekonomi-ekonomi dan komoditas-komoditas, juga membebani harga.
Pada awal perdagangan, dolar AS mencapai level tertinggi terhadap sekeranjang mata uang lainnya sejak Juli 2017, naik setengah persen pada hari itu.
"Margin penyulingan di Asia berada di bawah tekanan dan beberapa penyuling independen Tiongkok telah mengurangi pemerosesan mereka, yang membebani pasar Brent," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Berita bahwa pemogokan pekerja di rig pengeboran Norwegia telah berakhir, juga membebani harga minyak global.
Brent telah jatuh sekitar delapan persen dari tertinggi minggu lalu di atas 79 dolar AS karena munculnya bukti produksi yang lebih tinggi dari Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), serta Rusia dan Amerika Serikat.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (18/7) bahwa produksi minyak mentah domestik mencapai rekor 11 juta barel perhari minggu lalu. AS telah menambahkan hampir satu juta barel per hari dalam produksinya sejak November, berkat peningkatan cepat dalam pengeboran serpih.
Lonjakan tajam dalam persediaan minyak mentah AS juga menambah nada "bearish" di pasar. Mereka naik 5,8 juta barel pekan lalu, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 3,6 juta barel.
Meskipun terjadi lompatan, persediaan di pusat pengiriman minyak AS untuk WTI di Cushing, Oklahoma diperkirakan turun 1,8 juta barel, atau 6,2 persen, hingga Selasa (17/7), kata para pedagang, mengutip penyedia informasi energi Genscape, demikian Reuters.
(Uu.A026)
Pewarta: Antara
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018